Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Esther Sri Astuti mengungkapkan sejumlah hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, terutama jelang Lebaran. Salah satunya memperbaiki sistem manajemen logistik.
"Di sektor pangan pemerintah seharusnya memberikan satu management logistik yang bagus. Pemerintah harus memperhitungkan panen kapan. Kalau produksi cukup demand tetap harga stabil, tapi kalau produksi limited, demand naik, harga pasti naik," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).
Selain itu, lanjut dia, pemerintah harus menentukan waktu impor bahan makanan pokok dengan tepat. Hal ini penting dalam menjaga stabilitas harga bahan pokok di pasaran, terutama menjelang Lebaran dimana permintaan tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai contoh, dia mengungkapkan fenomena kenaikan komoditas bawang putih yang melonjak tinggi jelang Lebaran tahun ini. Kenaikan harga bawang putih diakibatkan tidak tepatnya waktu impor bawang putih.
"Kenaikan bawang putih mencapai 23 persen dibandingkan tahun lalu karena telat. Rapat memutuskan impor 18 Maret. Izin impor keluar 18 April. Kalau izin langsung diproses 19 April butuh waktu 3 minggu untuk proses impor dan distribusi take time, rantai distribusi kita sangat panjang," ungkapnya.
"Itu yang membuat bawang putih meningkat tajam. Pemerintah harus melakukan manajemen logistik yang bagus, timing impor juga tepat," jelas dia.
Terkait lebaran tahun ini dia mengatakan secara umum harga bahan pokok jelang Lebaran tahun ini cukup stabil. Meskipun demikian masih ada kenaikan harga, yakni harga cabai dan bawang.
"Kalau dibandingkan tahun lalu kenaikan harga beras relatif stabil. Hanya kurang dari 1 persen dibandingkan tahun lalu. sementara produk hewani dibandingkan tahun lalu 2-5 persen. Yang naik tinggi itu malah cabai-cabaian dan bawang tadi," tandasnya.
Reporter:Â Wilfridus Setu EmbuÂ
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Pangan Terjaga Saat Ramadan
Sebelumnya, pemerintah memastikan ketersediaan bahan pangan selama Ramadan hingga Lebaran 2019 nanti akan tercukupi bahkan berlebih. Harga pangan kepada masyarakat juga tetap terjaga.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi mengatakan, pemerintah memahami ada tren peningkatan konsumsi komoditas pangan seperti telur dan daging ayam, sapi selama periode Ramadan hingga Idul Fitri.
"Intinya, kita memahami betul jelang Ramadan dan Idul Fitri ada peningkatan khusus. Menghadapi Ramadan, biasa mulai naik 3 hari sebelum tanggal masuk. Seminggu masuk Ramadan, permintaan turun. Tapi seminggu sebelum idul Fitri, nanti ada peningkatan lagi," paparnya dalam Forum Merdeka Barat (FMB) di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, pada Senin 13 Mei 2019.Â
BACA JUGA
Dia melanjutkan, pemerintah pada saat 3-5 bulan sebelum Lebaran biasanya telah merencanakan ada peningkatan produksi, yakni dengan menambah luas lahan tanam berbagai komoditas pangan.
Hasilnya, ia mensyukuri stok pangan yang terbilang surplus sampai memasuki Lebaran mendatang. "Alhamdulillah, pasokan ketersediaan kita dibanding kebutuhan, ini surplus," sambungnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah Machmud menyampaikan, berbagai instansi pemerintah telah berkoordinasi untuk mengantisipasi adanya tren peningkatan pangan seperti telur, daging sampai cabai hingga 10-20 persen.
"Sebenarnya antisipasi hak bulan Ramadan dan hari raya lebaran, kita sudah lakukan koordinasi terkait penyediaan kebijakan stok. Seperti bersama Kementan, kita mengkomunikasikan soal ketersediaan pangan pokok, dan bersama Bulog kita komunikasikan soal beras," paparnya.
"Kami meyakinkan ketersediaan itu ada. Dua tahun terakhir, Alhamdulillah kita bisa jaga harga pangan stabil," dia menandaskan.
Advertisement