Temui Menko Luhut, Bank Dunia Bahas Program Kemenag Rp 4 Triliun

Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengaku telah dimintai oleh Bank Dunia untuk mempertemukan Kementerian Agama dan Bappenas.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2019, 22:41 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 22:41 WIB
Bank Dunia Minta Pemerintah Percepat Penyerapan Anggaran
Proyeksi Bank Dunia untuk tahun depan tidak berubah dari proyeksi IEQ Oktober 2015, proyeksi untuk tahun 2016 pertumbuhan tetap 5,3 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku telah dimintai oleh Bank Dunia untuk mempertemukan antara dua instansi yakni Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Perencanaan Nasional atau Bappenas.

Pertemuan itu, tidak lepas dari program Bank Dunia kepada Kemenag senilai Rp 4 triliun untuk pembangunan madrasah.

"Sebenarnya World Bank mereka rupanya ada program untuk kemenag, jadi Kemenag Rp 4 triliun untuk (pembangunan) madrasah dengan Bappenas. Tapi tidak ketemu-ketemu. Country Director World Bank for Indonesia, Rodrigo A Chaves, curhat ke saya ini sudah waktunya tenggat waktunya habis," kata dia saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (27/5/2019).

Luhut mengatakan, atas dasar permintaan tersebut pihaknya menindaklanjuti dengan melakukan komunikasi dari kedua belah pihak. Baik Kemenag maupun Bappenas.

"Minggu lalu, saya telpon Pak Bambang, Pak Menag (Lukman Hakim) duduk lah itu. Tadi alhamdulilah selesai," sebutnya.

Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan, lamanya kerja sama antara Bank Dunia dengan Kemenag dan Bappenas tersebut karena banyaknya peraturan yang tidak nyambung di antara kedua institusi itu. Salah satunya terkait peraturan teknis Kemenag dengan green book yang dimiliki Bappenas. 

"Saya minta jembatanin, 3 kali rapat ya alhamdulilah tadi ketemu, Pak Bambang bilang besok atau lusa sudah tanda tangan," kata Luhut.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen, Ini Respons Menko Darmin

Perdagangan Perdana Bursa 2019
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberi sambutan saat membuka perdagangan saham perdana 2019 di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/1). IHSG menguat 10,4 poin atau 0,16 persen ke 6.204 pada pembukaan perdagangan saham 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Dunia prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 ini berada di kisaran level 5,2 persen.  Proyeksi ini lebih tinggi dari capaian pertumbuhan 2018 yang berada di angka  5,17 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 masih akan ditopang oleh permintaan dalam negeri yang masih akan meningkat dan konsumsi pemerintah yang diperkirakan tetap menguat.

Meskipun demikian investasi diperkirakan akan melambat dibanding 2018. Namun, akan tetap kuat pasca pemilihan umum  dengan munculnya beberapa investasi baru.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, prediksi tersebut, dikeluarkan Bank Dunia dengan pertimbangan ekonomi global sedang melambat.

"Dia pasti melihatnya dunia sedang melambat ekonominya, maka perdagangannya juga melambat," kata Darmin saat ditemui, di PKN STAN, Rabu, 24 April 2019.

Dia mengatakan, Indonesia tentu dapat menjalankan berbagai untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari proyeksi tersebut.

Dalam RAPBN 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipatok sebesar 5,3 persen.

"Tapi itu hitungan rata-ratanya. Kita kan tidak mesti ikut rata-rata," ujar Darmin.

Tentu, lanjut Mantan Gubernur BI ini, Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

"Asal kita melakukan hal-hal lebih dari orang lain," tandasnya.

 

 

Bank Dunia: Ekonomi China Turun, Indonesia Bisa Bertahan

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif baik dari negara-negara besar lain di Asean. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Dunia membahas pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik yang akan sedikit melemah tahun ini. Pertumbuhan tahun ini adalah 6,0 persen, sementara tahun lalu 6,3 persen.

Penyebabnya adalah tantangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Ekonomi China diprediksi melemah tahun ini menjadi 6,2 persen, sementara tahun 2018 sebesar 6,6 persen.

Tantangan global memberi risiko 500 juta orang terancam kembali jatuh miskin. Namun, Bank Dunia percaya wilayah Asia Timur dan Pasifik akan tetap kuat karena permintaan domestik mampu mengimbangi perlambatan ekspor.

"Pertumbuhan ekonomi yang tangguh di kawasan ini sepatutnya berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan lebih lanjut, yang kini telah mencapai posisi terendah dalam sejarah. Hingga tahun 2021, kami memperkirakan kemiskinan ekstrem akan turun di bawah 3 persen, ujar Victoria Kwakwa, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, dalam pernyataan yang diterima Liputan6.com.

Lantas bagaimana nasib Indonesia? Bank Dunia menyebut ada sejumlah negara di Asia Tenggara yang ekonominya akan ikut melemah tahun ini, tetapi Indonesia termasuk yang mampu bertahan.

Bagi Indonesia dan Malaysia, perlambatan ekonomi China diprediksi tidak ikut menyeret turun ekonomi, melainkan masih stabil seperti tahun sebelumnya. 

Berdasarkan laporan Bank Dunia yang rilis awal tahun ini berjudul Darkening Skies, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 dan 2019 akan sama-sama 5,2 persen meski ekonomi dunia mengalami perlambatan.

Ini berbeda dari pertumbuhan Thailand dan Vietnam diperkirakan akan sedikit lebih rendah pada 2019. Sementara itu, penundaan pengesahan anggaran pemerintah nasional di Filipina untuk tahun 2019 diperkirakan akan membebani pertumbuhan PDB pada 2019, tetapi pertumbuhan diperkirakan akan meningkat pada 2020. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya