Luhut: Pengelolaan Laut Kurang Optimal, Padahal Potensinya Capai USD 1,3 Miliar

Potensi sektor kelautan harus dikelola dengan baik melalui penambahan nilai sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2019, 14:26 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 14:26 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor perikanan naik 7,21 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan selama ini laut Indonesia belum dieksplorasi secara optimal. Padahal laut Indonesia masih punya potensi yang bernilai ekonomi sekitar USD 1,3 miliar.

"Mengenai laut ini kita eksplorasi kan baru 8 persen di bawah 10 persen. Jadi kekayaan kita di laut itu luar biasa sekali. Jadi dari energinya, kemudian ikannya dan sebagainya dan itu kita punya data bahwa kita itu bisa punya potensi sampai USD 1,3 miliar dari laut," ujarnya di Shangrila, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Luhut mengatakan, potensi ini harus dikelola dengan baik melalui penambahan nilai sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Dia menegaskan, jangan sampai nasib laut sama seperti PT Freeport Indonesia yang digerus di bumi Indonesia namun diolah di negara lain.

"Nah sekarang bagaimana kita ngolah nya itu supaya betul-betul pengolahan itu punya nilai tambah. Jadi jangan lagi kita seperti berpuluh-puluh tahun sebelumnya seperti Freeport, cangkul, cangkul, cangkul ekspor. Kita harus ada nilai tambah dari semuanya," jelasnya.

Luhut menambahkan, untuk memanfaatkan potensi yang ada saat ini dapat ditunjang dengan teknologi. Agar teknologi dapat bermanfaat dengan optimal maka Sumber Daya Manusia (SDM) harus mampu menguasai teknologi.

"Sekarang teknologi sudah di mana-mana ada menyangkut masalah SDM, human capital kata Presiden 5 tahun ke depan ini. Itu harus betul-betul dilakukan. Karena kalau tidak kita lakukan itu kita akan dijajah secara teknologi dan secara ekonomi oleh negara lain," tandasnya. 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Produk Kelautan RI Harus Mampu Mendominasi di Pasar Dunia

Pegawai Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Unit Natuna, Kepulauan Riau, tengah mengolah ikan hasil tangkapan nelayan lokal.
Pegawai Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Unit Natuna, Kepulauan Riau, tengah mengolah ikan hasil tangkapan nelayan lokal.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengadakan diskusi Sumbang Pemikiran Kadin untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMM) 2020-2024 dalam rangka peningkatan industri kelautan dan perikanan. Diskusi membahas potensi industri kelautan dan perikanan di era Revolusi Industri 4.0.

"Kualitas SDM sektor kelautan dan perikanan perlu terus didorong, penerapan teknologi dan inovasi juga tentu sangat menentukan. Yang kami harapkan juga sekarang ini adalah peningkatan investasi serta dukungan regulasi yang pro bisnis," ucap Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto, Rabu (14/11/2018) di Gedung Bappenas, Jakarta.

Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro turut menyebut bahwa kekayaan laut sudah menjadi bagian khas (inherent) di Indonesia yang bisa diekspor untuk membantu current account deficit. Keunggulan laut inilah yang perlu didorong agar didominasi Indonesia di pasar internasional. 

"Industri kelautan dan perikanan itu seharusnya jadi input utama di industri makanan dan minuman. Saya membayangkan harusnya ke depan kalau kita melihat bahan makanan dari laut yang simpel, seperti fillet ikan, udang, kalengan, harusnya itu yang bisa menjadi dominasi Indonesia," ucapnya.

Kedepannya, ia ingin agar produksi perikanan Indonesia tak hanya sebatas menjadi penyelamat ekonomi negara, melainkan juga tertanam di alam bawah sadar konsumen global bahwa produk ikan yang mereka nikmati berasal dari Indonesia.

Ia mengambil contoh dari produk Coca-cola yang sudah terkenal. Menurut sang menteri orang-orang yang menikmati produk minuman cenderung hanya mengenal nama Coca-cola ketimbang merek lain.

"Sama seperti bagaimana Coca-cola akhirnya bisa membuat orang tidak tahu jenis minumannya apa. Orang tahunya Coca-cola, bahwa yang diminum Pepsi Cola, orang sudah enggak tahu lagi, karena dia (Coca-cola) brandingnya kuat," ucap sang menteri.

"Saya bayangkan harusnya indonesia punya brand yang kuat terutama untuk air kelapa dan produk-produk makanan kelautan dan perikanan. Jadi kalau ada udang kalengan, misalkan, itu kalau bisa yang menguasai adalah Indonesia," lanjutnya.

Harapan Kadin

Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi Kadin, pihak pemerintah dapat memberi bantuan kepada industro lewat membangun koordinasi yang baik. Ini menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno bisa diraih melalui bermacam aplikasi yang bisa dikembangkan.

Dia menyebutkan kolaborasi adalah bagian mutlak dalam industri terutama era Revolusi Industri 4.0, baik itu dalam proses maupun data. Ini disebutnya penting dalam berkontribusi memperkuat poros maritim.

"Ini masalah koordinasi, saya rasa kepada Bappenas, denhan teknologo baru yaitu smartphone, banyak aplikasi bisa dibuat. Saya rasa kita bisa memiliki koordinasi yang jauh lebih baik," ucapnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya