Saatnya RI Makin Gencar Undang Investor

Ketua Dewan Komisoner OJK, Wimboh Santoso menyambut positif hasil asesmen lembaga pemeringkat internasional S&P untuk peringkat utang Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2019, 19:25 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2019, 19:25 WIB
20151104-OJK Pastikan Enam Peraturan Akan Selesai Pada 2015
Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta,(4/11/2015). Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan pembahasan enam beleid sudah final karena tidak ada lagi perdebatan dari segi substansi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyambut positif hasil asesmen lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) terkait peringkat utang Indonesia.

Dia menuturkan, dengan peringkat utang Indonesia berada di satu tingkat menjadi BBB, dengan outlook stable, menjadikan Indonesia lebih dipercaya di mata para investor.

"Rating kita oleh S&P menjadi lebih tinggi dengan outlook yang positif dan ini adalah momentum yang bagus kita bisa manfaatkan ke depan sehingga kita bisa lebih tentunya mendapatkan kepercayaan kepada investor untuk masuk Indonesia kita semakin mengundang investor," kata dia saat ditemui di kediaman rumahnya, Rabu (5/6/2019).

Wimboh mengatakan, dengan posisi peringkat utang tersebut, otomatis dapat dipergunakan untuk membangun ekonomi dalam negeri. Apalagi, dengan tingkat kepercayaan investor yang makin tinggi, akan memberikan multiplier effect terhadap pembangunan infrastruktur.

"Pembangunan infrastruktur yang kita sudah bagun ini bisa lebih cepat lagi, bisa kita nikmatin pada masyarakat terutama industri UMKM di daerah-daerah. Ini momentum bagi kita jalan tol yang sudah kita bangun marilah kita prioritaskan dampak dari pembangunan infrastruktur ini supaya bisa menetas ke bawah yang dinikmati oleh para UMKM di daerah," ujar dia.

Seperti diketahui, Lembaga pemeringkat utang S&P kembali menaikkan peringkat utang (rating) Indonesia satu tingkat menjadi BBB, dengan outlook stable.

Sebelumnya pada Mei 2017, S&P telah menaikkan peringkat utang Indonesia ke dalam kategori investment grade di level BBB- /stable yang kemudian di afirmasi kembali pada Mei 2018 pada level yang sama.

Dengan demikian, kenaikan peringkat kredit Indonesia saat ini merupakan suatu capaian yang sangat membanggakan, karena langsung naik dari BBB-/stable menjadi BBB/stable, tanpa melalui BBB-/positive.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Respons Sri Mulyani

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyambut positif hasil asesmen Lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P) terkait peringkat utang Indonesia.

S&P meningkatkan sovereign credit rating Republik Indonesia dari BBB-/Outlook Stabil menjadi BBB/Outlook Stabil pada 31 Mei 2019.

"Alhamdulillah ada hal-hal yang cukup baik dari assessment-nya, bahwa S&P yang tadinya BBB- stable langsung meloncat menjadi BBB. Ini adalah suatu kenaikan yang cukup signifikan dari lembaga rating yang dikenal cukup konservatif," kata dia, saat ditemui, di Jakarta, Sabtu, 1 Juni 2019.

Terkait peringkat tersebut, lanjut dia terdapat beberapa hal positif yang berhasil dicetak oleh Indonesia. Salah satunya pertumbuhan ekonomi yang lebih bagus dibandingkan negara peer.

"Memang selama beberapa tahun terakhir ini banyak negara mengalami tekanan yang luar biasa dalam perekonomiannya sehingga performance-nya tidak terlalu bagus dan kita dengan pertumbuhan yang relatif tinggi," ujar dia.

"Ini adalah suatu hal yang positif dan tentu mereka memiliki pandangan optimistik dengan selesainya pemilu komitmen melakukan reformasi sehingga kinerja pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih baik," imbuhnya.

Selain itu kata Sri Mulyani, Indonesia pun telah menjalankan kebijakan fiskal yang prudent. Hal tersebut tampak dari defisit APBN di bawah tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Rasio dari utang juga dijaga, itu memberikan suatu reputasi dan track record cukup bagus sehingga kepercayaan terhadap track record ini positif," tandasnya.

 

Tanggapan Bos BI

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
Menteri Keuangan Sri Mulyani, (kedua kiri) didampingi Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Gubernur BI Perry Warjiyo dan Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah saat konpers hasil rapat KSSK, Jakarta Selasa (31/7). (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) meningkatkan sovereign credit rating Republik Indonesia dari BBB-/outlook stabil menjadi BBB/outlook stabil pada 31 Mei 2019.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menuturkan, Indonesia menyambut baik hasil asesmen S&P yang positif. Indonesia kini memperoleh status investment grade dengan level sama dari ketiga lembaga rating utama yaitu S&P, Moody’s dan Fitch.

Hal ini menunjukkan lembaga rating itu memiliki kepercayaan tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia, didukung oleh sinergi kebijakan moneter, sektor keuangan, dan fiskal yang diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

"Ke depan, BI dan pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan reformasi struktural untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, berimbang dan inklusif," ujar Perry, seperti dikutip dari laman BI, Jumat, 31 Mei 2019.

S&P sebelumnya mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB-/outlook Stabil (Investment Grade) pada 31 Mei 2018

Dalam laporannya, S&P menegaskan bahwa salah satu faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dukungan kebijakan otoritas yang diyakini akan tetap berlanjut pasca-terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo.

Selain itu, perbaikan sovereign credit rating Indonesia juga didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang cukup baik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya