Liputan6.com, Jakarta - Airbus meluncurkan A321XLR untuk melengkapi keluarga pesawat terlaris A321Neo di Paris Air Show 2019. Peluncuran ini menyusul tanggapan positif di pasar mengenai keluarga pesawat A321Neo.
Dikutip Liputan6.com dari keterangan tertulis Airbus, Rabu (19/6/201), A321XLR ini sekaligus menjawab kebutuhan pasar akan jarak tempuh yang lebih jauh, serta memberikan nilai lebih bagi maskapai dengan memangkas penggunaan bahan bakar sebesar 30 persen per kursi dari pesawat kompetitor generasi sebelumnya.
Mulai tahun 2023, pesawat Airbus ini akan menghadirkan jarak tempuh terjauh yang pernah ada, yakni dapat mencapai 4.700 Nm. Jarak tempuh ini 15 persen lebih jauh dibandingkan varian A321LR, sembari tetap menawarkan tingkat efisiensi bahan bakar yang sama.
Advertisement
Baca Juga
Penambahan jarak tempuh ini akan memungkinkan maskapai untuk mengoperasikan pesawat lorong-tunggal yang berbiaya lebih rendah di rute-rute yang lebih panjang dan belum banyak diminati.
Sebelumnya, banyak rute sejenis ini hanya dilayani dengan pesawat lorong-ganda yang lebih besar dan kurang efisien. Dengan kemampuan yang ditawarkan A321XLR ini, maskapai dapat membuka rute global baru, seperti dari India ke Eropa atau dari Tiongkok ke Australia.
Varian Airbus yang baru ini juga memperluas jangkauan keluarga A321neo untuk menerbangi rute transatlantik tanpa henti antara benua Eropa dan Amerika. Bagi para penumpang, kabin Airspace baru A321XLR akan menghadirkan pengalaman perjalanan terbaik, melalui kursi di segala kelas yang menawarkan kenyamanan sepadan dengan pesawat lorong-ganda jarak-jauh.
Pesawat A321XLR telah dirancang semirip mungkin dengan pesawat A321LR dan anggota keluarga A320neo lainnya, demi mempermudah transisi operasional. Namun, A321XLR juga menghadirkan sejumlah perubahan kecil yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak tempuh varian ini, dengan kapasitas angkut dan keuntungan lebih.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Airbus Tak Lagi Memproduksi Pesawat Tipe A380 per 2021
Sebelumnya, pesawat penumpang komersial terbesar di dunia, A380, adalah burung besi raksasa bertingkat dua dengan empat mesin, lebar sayap 79,8 meter, dan kabin yang dapat menampung lebih dari 500 orang.
Pesawat ini lepas landas perdana pada tahun 2005. Sayangnya, pada Hari Valentine 2019, Airbus mengumumkan bahwa pihaknya akan berhenti memproduksi pesawat A380.
Sedangkan pesawat yang sudah dipesan oleh sejumlah maskapai dan sedang diproses, akan didistribusikan untuk terakhir kalinya pada tahun 2021.
Penyebab penyetopan produksi tersebut diduga karena jumlah pesanan yang sangat kecil dari Emirates Airlines, yang merupakan operator terbesar dari pesawat jenis itu. Meski demikian, maskapai yang bermarkas di Dubai tersebut masih akan menerima 14 buah A380 baru antara tahun ini dan 2021.
BACA JUGA
"Adalah sebuah keajaiban di dunia penerbangan, bisa melihat pesawat terbang berukuran jumbo, dan manusia dapat membuat benda sebesar itu," kata Richard Anderson, direktur Eagle Research Center di Embry-Riddle Aeronautical University, yang dilansir dari situs Popular Science, Jumat (15/2/2019).
Menurut standar pesawat jet modern, masa pakai produksi A380 --sejak pertama kali terbang secara komersial pada 2007-- pendek. Sedangkan Boeing 747, untuk perbandingan, pertama kali terbang pada tahun 1969 dan masih banyaak dipesan.
William Crossley, seorang profesor aeronautika dan astronotika di Purdue University, pada akhirnya mengatakan, pembuat pesawat terbang dan maskapai penerbangan menemukan "ukuran yang tepat" dari sebuah pesawat.
Dia menambahkan, puncak pasaran mungkin akan ditempati oleh A350. Airbus mengonfirmasi, pelanggannya telah memesan lebih dari 1.000 pesawat tipe A350, sedangkan A380 hanya memiliki total 273 pesanan sampai 2021 nanti, menurut BBC.
Angka tersebut adalah perbedaan yang sangat mencolok, mengingat A350 pertama kali terbang secara komersial pada tahun 2015.
A350 dapat menyediakan antara 325 hingga 366 kursi penumpang. Selain itu, A350 pun mempunyai bodi lebar dan dua mesin yang setara dengan kemampuan yang disematkan pada A380.
Untuk perbandingan, Boeing 777 dapat menampung antara 317 dan 396 orang, dan Boeing 787 Dreamliner dapat menampung antara 242 dan 330. Meski kedua pesawat ini disebut besar, tetapi tidak mampu mengangkut lebih banyak penumpang ketimbang A380.
Di luar itu semua, tren perjalanan via udara selama beberapa dekade akan menunjukkan bahwa menjejalkan lebih banyak orang di pesawat akan lebih menguntungkan.
"Jika Anda bisa menempatkan 500 orang di pesawat, maka biaya per mil-nya jadi lebih rendah," ungkap Crossley. Tetapi jika maskapai tidak dapat mengisi semua kursi itu, maka ukuran pesawat menjadi pematok utama harga.
Advertisement