Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 5 persen usai Iran menembak jatuh drone militer Amerika Serikat (AS), yang meningkatkan kekhawatiran konfrontasi militer antara Teheran dan Washington.
Harapan bahwa Federal Reserve AS dapat memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya turut merangsang pertumbuhan di negara konsumen minyak terbesar dunia, dan penurunan persediaan minyak mentah AS juga mendukung harga.
Baca Juga
Melansir laman Reuters, Jumat (21/6/2019), harga minyak mentah Brent, patokan global, ditutup naik USD 2,63, atau 4,3 persen menjadi USD 64,45 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 2,89, atau 5,4 persen menjadi USD 56,65 per barel.
Advertisement
"Pada pertemuan (the Fed) ada siklus pelonggaran yang membayangi yang akan memukul dolar dan menopang harga komoditas dan ada juga ketegangan dengan Iran," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital Management di New York.
"Harga minyak dapat naik lebih lanjut karena ketegangan antara AS dan Iran memanas," dia menambahkan.
Presiden AS Donald Trump mengecilkan dugaan Iran terkait dengan jatuhnya drone militer AS, serata mengatakan dugaan itu ditembak secara tidak sengaja dan bahwa "itu akan membuat perbedaan besar" baginya jika pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh telah diujicobakan.
Sementara komentar yang muncul menunjukkan bahwa Trump tidak bersemangat untuk meningkatkan hal terbaru dalam serangkaian insiden dengan Iran. Dia turut memperingatkan bahwa: "Negara ini tidak akan mendukungnya."
Teheran mengatakan pesawat tak berawak Global Hawk yang tidak bersenjata sedang dalam misi mata-mata atas wilayahnya. Tetapi Washington membantah dengan mengatakan jika drone yang ditembak jatuh berada di wilayah udara internasional.
Pertemuan OPEC
Ketegangan meningkat di Timur Tengah, rumah bagi lebih dari 20 persen dari produksi minyak dunia. Ini setelah serangan terhadap dua kapal tanker di dekat Selat Hormuz, sebuah titik checkpoint untuk pasokan minyak.
Washington menyalahkan Teheran atas serangan kapal tanker itu. Namun Iran membantah peran apa pun.
Kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan sengketa perdagangan AS-China telah menarik minyak lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir. Brent mencapai posisi tertinggi pada 2019 dari posisi USD 75 pada April.
Di sisi lain, produsen minyak OPEC dari Teluk akan mempertahankan produksinya pada Juli, meskipun pakta pemotongan pasokan global berakhir pada akhir Juni, menurut sumber OPEC. Ada sinyal jika eksportir Teluk enggan untuk meningkatkan pasokan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu-sekutu termasuk Rusia tampaknya akan memperpanjang kesepakatan untuk memotong 1,2 juta barel produksi per hari.
Koalisi yang dikenal sebagai OPEC + sepakat minggu ini akan bertemu pada 1-2 Juli, guna mengakhiri satu bulan perselisihan tentang waktu pemotongan.
Advertisement