Liputan6.com, Jakarta - Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menggelar rapat kerja bersama dengan empat menteri koordinator Pemerintahan Jokowi-JK.
Adapun rapat ini membahas mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL)Â Kementerian koordinator (Kemenko) dalam APBN Tahun 2020.
Dari pantauan merdeka.com, rapat dimulai pukul 10.40 WIB dan diikuti oleh empat pimpinan kementerian koordinator diantaranya Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, Menko Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto.
Advertisement
Baca Juga
Dalam kesempatan ini, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengawali pemaparannya dengan membeberkan kondisi perekonomian secara nasional. Dia mengatakan, meski ekonomi Indonesia tengah diterpa ketidakpastian global tapi masih cukup baik.
"Ekonomi global sebenarnya tidak kondusif apalagi setelah ada perang dagang dan berbagai tekanan gejolak politik global namun di tengah situasi seperti itu ekonomi kita masih mampu mencetak pertumbuhan meski tidak cepat peningkatan terjadi setiap tahun ke tahun," kata dia di ruang Sidang Banggar DPR RI, Jakarta, Selasa (25/6/2019).Â
Darmin membeberkan, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2015 terus meningkat hingga 2018. Pada 2015, ekonomi RI tumbuh 4,88 persen, selanjutnya pada 2016 tumbuh sebesar 5,03 persen. Kemudian pada 2017 tumbuh menjadi 5,03 persen dan pada 2018 mencapai 5,17 persen.
"Jadi artinya walaupun ada tekanan kita masih bisa cetak pertumbuhan yang sedikit meningkat dari tahun ke tahun," imbuhnya.
Darmin menambahkan, indikator ekonomi lain yang menunjukan kondisi ekonomi Indonesia membaik yakni ditujukan dari laju inflasi. Sejak 2015 hingga ke 2018 inflasi selalu menunjukan atau berada di bawah rata-rata 3,5 persen dari target yang dipatok pemerintah.
"Indikator lain dan sosial menunjukan konsisten yaitu inflasi. Inflasinya dari 2015 ke 2018 dia di sekitar 3,5 persen ke bawah kecuali 2016 3,6 persen," kata dia.
Di samping itu faktor lain yang menunjukan perbaikan yakni tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan gini ratio yang juga turut mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
"Itu menunjukan gabungan dari semua ini pertumbuhan kita kualitasnya baik. Itu secara ringkas gambaran ekonomi kita," pungkasnya.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pertumbuhan Ekonomi Bakal Melandai Imbas Perang Dagang
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melandai pada kuartal II 2019, imbas dari eskalasi ketegangan perang dagang global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ketegangan dagang mengakibatkan penurunan kinerja ekspor Indonesia yang dapat memicu melandainya pertumbuhan ekonomi.
"Eskalasi ketegangan hubungan dagang telah berdampak pada penurunan kinerja ekspor Indonesia akibat terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas. Meskipun sejumlah komoditas seperti kimia, besi dan baja, batubara dan minyak nabati masih relatif baik," kata dia, di kantornya, Kamis, 20 Juni 2019.
Sementara itu, dia mengungkapkan investasi non bangunan juga belum meningkat signifikan dipicu dampak perlambatan ekspor, meskipun investasi bangunan tetap berlanjut.
Namun konsumsi diperkirakan tetap membaik didukung terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat.
"Permintaan domestik yang tumbuh terbatas mengakibatkan impor diprakirakan menurun. Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak dampak negatif perlambatan ekonomi dunia akibat ketegangan hubungan dagang," jelas dia.
Secara keseluruhan, dia menyatakan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4 persen.
"Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," tutupnya.
Â
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi pada 2020 Bakal Lebih Baik Dibanding Negara Tetangga
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara lain di Asia yang lebih tergantung pada ekspor.
Chief Market Strategist, Southeast Asia Investment Services and Product Solution Group HSBC Private Bank, James Cheo menuturkan, konsumsi swasta Indonesia tetap tangguh dalam beberapa bulan terakhir.
Kata dia, sentimen bisnis domestik bahkan ikut membaik. Dengan adanya kepastian hasil Pemilu, reformasi ekonomi dengan fokus pada belanja infrastruktur bisa dipercepat.
"Kami memperkirakan PDB Indonesia akan stabil dan tumbuh sebesar 5 persen pada 2019 dan 2020. Kami berharap ekonomi Indonesia dapat diperkuat oleh konsumen dan belanja infrastruktur yang difokuskan," terangnya di Jakarta, Kamis, 20 Juni 2019.
Cheo melanjutkan, pihaknya berharap Bank Indonesia (BI) akan menerapkan kebijakan siklus pelonggaran di paruh kedua 2019, yakni dengan potongan 75 basis poin di sisa tahun ini dan 50 basis poin di tahun 2020.
"Mengingat situasi luar yang semakin tidak pasti, kebijakan ini akan menjadi semakin terbatas dibanding pada masa lalu. Jadi kami berharap bahwa dolar Amerika Serikat bertengger di Rp 14.600 pada akhir tahun 2019," ucapnya.
Â