Ekonom Prediksi Inflasi Juni 2019 Sebesar 0,4 Persen

Inflasi Juni 2019 diperkirakan sebesar 0,4 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Mei 0,68 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Jul 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2019, 10:30 WIB
Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Inflasi Juni 2019 diperkirakan sebesar 0,4 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Mei 0,68 persen.

Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira menuturkan, inflasi Juni 2019 tidak terlalu besar pada Mei karena sebagian besar Ramadan pada Mei. Dampak inflasi Juni karena Ramadan dan Lebaran tidak terlalu besar.

"Beberapa harga pangan alami penurunan seperti ayam ras, dan bawang putih. Jadi inflasi Juni 2019 diperkirakan 0,4 persen," ujar Bhima saat dihubungi Liputan6.com, Senin (1/7/2019).

Ia menuturkan, penyumbang inflasi yang perlu diwaspadai adlaah tarif angkutan udara. Efek penurunan tarif batas hampir tidak dirasakan kepada harga tiket maskapai.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) prediksi inflasi Juni 2019 berada di kisaran 0,45 persen. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia (BI).

"Jadi SPH di Minggu terakhir, inflasi di 0,45 persen itu month to month. 3,21 persen year on year," kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 28 Juni 2019.

Dia menuturkan, hal tersebut menunjukkan kinerja inflasi masih terjaga rendah. Selain itu, juga menunjukkan daya beli masyarakat yang terjaga.

"Artinya tetap terjaga daya beli masyarakat, inflasinya juga cukup rendah," urai dia.

Sama seperti Mei, inflasi Juni masih didorong oleh komoditas pokok, seperti cabai dan tarif angkutan dalam kota. Meskipun demikian pada bulan Juni ada terjadi penurunan harga di dua penyumbang inflasi tersebut.

"Beberapa penyebab inflasi masih terbawa dari bulan kemarin, seperti cabai, angkutan dalam kota, tetapi semuanya ke arah tren yang menurun," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Kenaikan Harga Tiket Pesawat Sumbang Inflasi hingga 9 Persen

Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat sejak awal tahun lalu merupakan fenomena yang tidak biasa. Kenaikan tersebut bahkan telah menyumbang andil pada inflasi sebesar 9 persen.

"Mulai Januari 2019 andil angkutan udara ke inflasi cukup besar, dan pada Mei 2019 sudah mencapai 9 persen, lebih dari 2 kali lipat," ujar Suhariyanto di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 17 Juni 2019.

Andil kenaikan harga tiket pesawat terhadap inflasi selama periode Ramadan dan Lebaran 2019 cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pada saat Ramadan tahun lalu, sumbangan kenaikan tarif tiket pesawat terhadap inflasi hanya sebesar 2 hingga 4 persen.

Suhariyanto juga mencatat terdapat penurunan jumlah penumpang pesawat hingga 28,5 persen pada April 2019 jika dibandingkan 2018.

Kenaikan harga tiket pesawat yang cukup signifikan tersebut juga membuat okupansi hotel terus merosot.

"Okupansi hotel turun signifikan dari 57,4 ke 53,9. Jadi dampaknya agak signifikan. Saya percaya pemerintah akan mencari jalan terbaik untuk mengatasi itu," jelasnya.

 


Inflasi Mei Dapat Tanda Jadi Ekonomi Meningkat

Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi Mei 2019 sebesar 0,68 persen. Angka ini memang lebih tinggi dari perkiraan ekonom. Hanya saja hal itu tidak perlu dikhawatirkan.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto mengatakan laju inflasi pada Mei ini justru bisa menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini lebih baik.

Ia menuturkan, lonjakan inflasi Mei 0,68 persen menyiratkan geliat ekonomi yang tinggi dari sisi konsumsi rumah tangga. Tercermin dari lonjakan harga kelompok bahan makanan, makanan jadi serta transportasi dan komunikasi jelang Lebaran.

"Hal ini berefek positif ke pertumbuhan ekonomi (PDB) triwulan kedua yang diperkirakan sebesar 5,15-5,25 persen (YoY)," kata dia kepada Liputan6.com, seperti ditulis Minggu, 16 Juni 2019.

Laju inflasi Mei tersebut, kata Ryan, hal itu terjadi secara musiman jelang Lebaran yang permintaan konsumsi masyarakat melonjak terutama terhadap bahan makanan; makanan jadi, rokok dan tembakau; serta transportasi dan komunikasi, dibarengi dengan lonjakan harga sekaligus. 

Selain itu, secara umum, arah laju inflasi bulanan yang 0,68 persen, inflasi year to date yang 1,48 persen maupun tahunan (yoy) yang 3,32 persen masih sesuai kisaran. 

"Diharapkan inflasi sepanjang tahun ini berkisar 3,2-3,3 persen yoy sesuai dengan jangkar yaitu 3,5 plus minus 1 persen," pungkas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya