Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik ke level tertinggi dalam lebih dari enam tahun pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) karena kekhawatiran tentang ekonomi global membuat logam mulia lebih menarik dari pada aset berisiko seperti saham.
Mengutip CNBC, Kamis (8/8/2019), harga emas di pasar spot naik 0,67 persen ke level USD 1.503,30 per ounce. Ini menandai pertama kalinya sejak April 2013 emas diperdagangkan di atas USD 1.500 per ounce.
Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Desember melonjak 2,2 persen, sehingga diperdagangkan di USD 1.522,70 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
Investor beralih ke emas pada saat jumlah perdagangan utang dengan hasil negatif meningkat. Saat ini, ada obligasi senilai USD 15 triliun dengan tingkat negatif. Ini membuat emas lebih menarik karena mempertahankan nilainya, bahkan di saat pertumbuhan ekonomi lebih lambat.
Kekhawatiran terhadap ekonomi global datang ketika perang perdagangan AS-China semakin intensif dengan otoritas China yang memungkinkan mata uang negara tersebut yaitu Yuan, terdepresiasi terhadap dolar turut berdampak ke harga emas. Sementara beberapa bank sentral di seluruh dunia memangkas suku bunga.
"Itu adalah faktor terbesar karena memperkenalkan serangkaian risiko baru ke persamaan. Yang benar-benar berperan dalam ketakutan orang adalah apakah depresiasi yuan menandakan ancaman yang lebih besar terhadap ekonomi," kata Ryan Giannotto, Direktur Penelitian di GraniteShares
Pada awal pekan ini, China membiarkan Yuan melemah di atas USD 7, menandai level terendah mata uang terhadap greenback dalam lebih dari satu dekade. Langkah itu menyebabkan aksi jual Wall Street terbesar pada 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perang Dagang AS-China
Pergerakan mata uang China terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif tambahan 10 persen untuk barang-barang Tiongkok senilai USD 300 miliar pada pekan lalu. Investor khawatir tentang tarif karena barang yang ditargetkan termasuk produk konsumen mulai dari pakaian hingga produk Apple seperti iPhone.
Ketegangan perdagangan telah membantu lonjakan emas bulan ini sementara stok telah melambat. Logam mulia naik lebih dari 5 persen pada Agustus.
"Meskipun emas berjangka tetap overbought jangka pendek, momentum jelas lebih tinggi. "Pada dasarnya, tren penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi dengan kuat mendukung kasus bullish untuk emas," kata Tom Essaye, Pendiri The Sevens Report.
Kekhawatiran tentang ekonomi juga telah mengangkat harga emas.
Jeffrey Gundlach, CEO Doubleline Capital, melihat kenaikan lebih lanjut untuk logam mulia yang bergerak maju karena imbal hasil terus turun.
"Pada titik ini, saya pikir cara untuk memikirkannya adalah, selama volume obligasi suku bunga negatif meningkat, kemungkinan besar emas bergerak lebih tinggi dalam nada yang sama," kata Gundlach.
Advertisement