Sektor Manufaktur Bantu Indonesia Lepas dari Jebakan Kelas Menengah

Manufaktur tidak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi, namun juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Agu 2019, 15:10 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2019, 15:10 WIB
Seminar internasional yang diselenggarakan bersama oleh BI, Kemenko Perekonomian, dan Kemenperin dengan tema “Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth” Senin (12/8/2019). (Dok BI)
Seminar internasional yang diselenggarakan bersama oleh BI, Kemenko Perekonomian, dan Kemenperin dengan tema “Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth” Senin (12/8/2019). (Dok BI)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor [manufaktur](bisnis "") sangat strategis untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan sehingga Indonesia dapat terlepas dari middle income trap dan kemudian bertransformasi menjadi negara maju berpendapatan tinggi (high income country).

Pertumbuhan sektor manufaktur tidak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi, namun juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Demikian disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, dalam Seminar internasional yang diselenggarakan bersama oleh Bank Indonesia (BI), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Perindustrian.

Seminar ini mengambil tema “Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth” yang berlangsung di gedung Bank indonesia, Senin (12/8/2019).

Sebagai narasumber, Profesor Sir Mike Gregory dari University of Cambridge, menyampaikan bahwa pengembangan [manufaktur](bisnis "") perlu dilakukan secara terintegrasi dengan pendekatan end-to-end, dan Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan itu.

Selanjutnya, Doddy Rahadi dari Kementerian Perindustrian menekankan strategi “Making Indonesia 4.0” dengan meningkatan produktivitas dan daya saing pada lima industri prioritas, yakni industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia, serta industri tekstil dan produk tekstil.

Raden Edi Prio Pambudi dari Kemenko Perekonomian, menyampaikan perlunya sinergi dan sinkronisasi antar pemangku kebijakan dalam menyusun strategi kebijakan penguatan industri [manufaktur](bisnis "") melalui picking the winner sektor prioritas, perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, serta perbaikan SDM.

Sementara itu, Rofyanto Kurniawan dari Badan Kebijakan Fiskal - Kementerian Keuangan menyampaikan bahwa Pemerintah akan secara konsisten mendukung peningkatan ekspor, investasi, dan daya saing industri melalui pemberian insentif fiskal dan skema inisiatif pajak, antara lain bagi industri yang mendukung pendidikan vokasi serta penelitian dan pengembangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rapat Koordinasi

Seminar internasional ini merupakan rangkaian awal kegiatan Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) yang akan diselenggarakan pada awal September 2019.

Penyelenggaraan seminar internasional ini menekankan pada dua tujuan utama. Pertama, untuk meningkatkan sinergi di antara para pemangku kebijakan, pelaku sektor manufaktur, dan publik tentang penguatan peran sektor manufaktur untuk mendukung transformasi struktur ekonomi.

Kedua, membahas peta jalan strategi pengembangan industri manufaktur Indonesia secara bertahap dan terintegrasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan, dengan mengacu pada praktik-praktik terbaik dari negara lain.

Berbagai pemaparan para narasumber dan diskusi yang mengemuka dalam seminar ini akan menjadi masukan bagi perumusan kebijakan penguatan peran industri manufaktur yang akan dibahas pada Rakorpusda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya