Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) hari ini menggelar seminar internasional membahas sektor manufaktur di Indonesia. Seminar internasional tersebut mengangakat tema 'Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth'.
Seminar ini dibuka oleh Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo. Dam dihadiri oleh Pendiri Institute for Manufacturing Cambridge University Sir Miker Gregory, perwakilan dari Kemenko Bidang Perekonomian Raden Edi Priyo Pambudi, perwakilan dari Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi, perwakilan Kementerian Keuangan Rofyanto Kurniawan.
Hadir pula Country Director Indonesia Resident Asian Development Bank (ADB) Winfried F Wicklein dan Lead Country Economist, World Bank Indonesia.
Advertisement
Â
Baca Juga
"Seminar ini bertujuan untuk pertama, membahas peta jalan strategi pengembangan manufaktur Indonesia dan mencapai pemahaman bersama tentang kebijakan dan strategi industri yang paling tepat yang didukung oleh praktik terbaik dari negara lain," kata Dody, di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8).
Selain itu, Dody mengungkapkan seminar juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pembuat kebijakan, para pelaku industri sektor manufaktur dan publik tentang peran pengembangan sektor manufaktur sebagai bagian dari struktur transformasi ekonomi.
"Ketiga, untuk mendapatkan komitmen dari setiap pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan untuk mendukung pengembangan sektor manufaktur yang juga meningkatkan ekspor dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lebih berkelanjutan," ujarnya.
Dody berharap seminar internasional tersebut dapat menghasilkan suatu keputusan dan pemahaman yang sama antar semua pemangku kepentingan di sektor manufaktur.
"Semoga Anda semua memiliki diskusi yang memperkaya dan bermanfaat dan berharap bahwa kami dapat berkontribusi pada pengembangan sektor manufaktur, sehingga kami dapat meningkatkan neraca transaksi berjalan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," tutupnya.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menperin Optimistis Investasi Manufaktur Makin Moncer Usai Pemilu
Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto optimistis investasi dan ekspansi di sektor industri manufaktur akan meningkat seusai penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Dengan mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0, selain diproyeksi industri dapat tumbuh optimal, juga mendorong kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
"Setelah Pemilu 2019 akan banyak proyek prioritas yang akan segera berjalan, termasuk beberapa proyek prioritas seperti di industri petrokimia. Selain itu, finalisasi peraturan mengenai mobil listrik dan pemberian insentif bagi industri," kata Airlangga di Jakarta, Sabtu (20/4/2019).
Airlangga menerangkan, tren petumbuhan industri seusai pemilu akan terjadi, karena Indonesia adalah negara yang paling matang dalam penerapan sistem demokrasinya. Demokrasi yang matang menjadi modal pemerintah dalam menarik investasi dari luar negeri.
"Optimisme pembangunan yang digaungkan pemerintah saat ini juga penting untuk menarik investasi. Semua sektor industri akan running setelah pilpres dan pileg," paparnya.
Airlangga juga meyakini, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan di Indonesia masih tetap stabil dan kondusif. Sehingga akan mendukung berjalannya aktivitas usaha atau perindustrian semakin agresif.
"Apalagi, beberapa kebijakan baru akan diluncurkan untuk memudahkan pelaku industri berusaha di Indonesia dan melanjutkan kembali yang sedang terlaksana dengan baik," tegas dia.
Advertisement
Investasi Arab Saudi
Sebelumnya pada rapat terbatas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sejumlah menteri Kabinet Kerja, disebutkan Arab Saudi akan berinvestasi di sektor industri petrokomia senilai USD 6 miliar atau setara Rp 84,31 triliun.
Rencana investasi ini telah dibicarakan oleh Presiden Jokowi dan pihak kerajaan Arab Saudi, saat presiden melakukan kunjungan ke negara minyak tersebut, beberapa waktu lalu.
Arab Saudi ingin bekerja sama untuk menjadikan Indonesia sebagai hub bagi industri petrokimia di Asia Tenggara.
Untuk itu, Jokoowi menginstruksikan jajaran kementerian dan lembaga pemerintah dan non kementerian yang terkait agar segera melakukan kajian untuk bisa memudahkan realisasi investasi tersebut.
"Kementerian Perindustrian terus mendorong tumbuhnya industri petrokimia di Indonesia untuk memperdalam struktur manufaktur dari sektor hulu sampai hilir," ujar Airlangga.
Sebab, industri petrokimia menghasilkan berbagai komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri kemasan, tekstil, alat rumah tangga, hingga komponen otomotif dan produk elektronika.
Industri petrokimia juga turut memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Kemenperin mencatat pada 2018, investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp 39,31 triliun.
Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menorehkan nilai ekspor sebesar USD 13,93 miliar.