Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan mengantisipasi dampak pelemahan atau devaluasi Yuan China. China saat ini sengaja melemahkan mata uangnya sebagai salah satu cara menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Direktur Utama BRI, Suprajarto menyebutkan dampak devaluasi Yuan tersebut pasti akan terasa. Terutama bagi aktivitas ekspor ke China.
Advertisement
Baca Juga
"Devaluasi Yuan ya pasti ada dampaknya ya pasti, apalagi yang ekspor kita kesana ya kan," kata dia, saat ditemui di kantornya, Rabu (14/8).
Dia melanjutkan, saat ini pihaknya sedang mendata nasabah yang merupakan eksportir, terutama yang tujuannya adalah negeri Tirai Bambu tersebut.
"Ini yang kita sedang lakukan inventarisasi perusahaan-perusahaan yang memang komoditinya ekspor kesana ya, pasti ada dampaknya pasti," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Yuan Kian Melemah
Mata uang China atau Yuan kian melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) sebagai imbas dari adanya perang dagang.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyebutkan devaluasi Yuan tidak menggerus nilai ekspor RI ke China. Namun tetap harus dilakukan berbagai upaya menjaga kinerja ekspor, yaitu menjaga volume permintaan serta memperluasan jangkauan pasar ekspor.
"Kita tidak terpengaruh banyak dari sisi (devaluasi) Yuan, karena porsi kita bukan ditentukan dari sisi nilai tukar," kata dia, di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8).
Dody melanjutkan, secara jangka pendek mata uang Yuan yang terdevaluasi tidak akan berpengaruh terhadap perdagangan mancanegara Indonesia. Dia menyebutkan faktor yang akan sangat berpengaruh adalah jika terjadi pelemahan permintaan, atau menurunnya kualitas barang ekspor Indonesia.
"Transaksi ekspor dalam jangka pendek tidak terkait banyak dengan devaluasi Yuan, tapi lebih ke permintaan dan kualitas," ujarnya.
Oleh karena itu, dia menegaskan saat ini pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk menggenjot ekspor dengan perluasan pasar termasuk melalui upaya peningkatan perdagangan bilateral. Kontraksi kinerja ekspor selama kuartal II 2019 telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebagai informasi, pada kuartal II 2019 pertumbuhan ekspor tercatat minus 1,81 persen (yoy), padahal pada kuartal II 2018 ekspor masih tumbuh 7,65 persen (yoy).
Advertisement
Layanan BRI Tetap Lancar Berkat Keunggulan Satelit BRIsat
Sejak diluncurkan satelit BRIsat pada Juni 2016, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mampu menjaga layanan operasional perbankan dengan lancar. Manfaat itu dirasakan saat terjadi gangguan listrik beberapa waktu lalu.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI Indra Utoyo mengungkapkan, BRIsat berperan vital dalam memastikan setiap jaringan kantor dan ATM BRI tetap terhubung ke data center BRI.
"Dengan jaringan komunikasi yang tidak terputus, maka BRI tidak terganggu dalam memberikan layanan kepada para nasabahnya," kata Indra.
Untuk mitigasi risiko disisi jaringan komunikasi secara jangka panjang, Bank BRI akan melakukan diversity untuk BRIsat yang akan dilaksanakan pada 2020, bersama operator satelit dan telekomunikasi lainnya.
Ya, BRIsat menjadikan BRI sebagai bank pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki sekaligus mampu mengoperasikan satelit sendiri. BRIsat yang diluncurkan tepatnya pada 18 Juni 2016 di Guyana Prancis ini hingga saat ini sudah melayani lebih dari 10 ribu titik kantor BRI di seluruh Indonesia.
Proses pembuatan BRIsat memakan waktu 25 bulan. Perakitan satelit dilakukan Space Systems/Loral di Palo Alto-California. Sementara kendaraan peluncurnya menggunakan Arianespace 5 buatan Prancis.
"Sejalan dengan perkembangan bisnis BRI dan kebutuhan jaringan yang meningkat, pada akhir 2023 BRI berencana meluncurkan satelit HTS (High Throughput Satellite) untuk menambah kapasitas jaringan komunikasi melalui anak perusahaan BRI," jelas Indra.