RI Sudah Punya Obat Tangkal Pelemahan Ekonomi Akibat Perang Dagang

Pemerintah masih belum bisa memastikan bagaimana situasi perekonomian global ke depan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Agu 2019, 17:45 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 17:45 WIB
Perang Dagang AS vs China
Perang Dagang AS vs China

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia telah menyiapkan langkah antisipatif bila tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas dan berdampak terhadap pelemahan ekonomi global pada 2020.

Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto mengatakan, berdasarkan proyeksi Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF), tensi perang dagang akan sedikit membaik pada tahun depan. Namun, ia memperingatkan, pemerintah tetap harus bersiap diri memperkuat kestabilan ekonomi dalam negeri.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, 2020 tetap masih ada tekanan eksternal. Jadi Indonesia harus pertama memperkuat fundamental ekonomi di dalam negeri untuk kerjasama koordinasi fiskal dan moneter, juga kebijakan eksternal. Itu agar kurs, inflasi, tingkat bunga, dan sebagainya tidak terlalu bergejolak," imbuhnya di Gedung Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

"Kalau ekonomi dalam negerinya relatif stabil, itu artinya menjadi modal dasar bagi kita untuk melaksanakan program-program yang kita targetkan ini. Mudah-mudahan asumsi yang kita tetapkan bisa sesuai dengan realisasinya," dia menambahkan.

Kendati demikian, ia menyatakan, pemerintah masih belum bisa memastikan bagaimana situasi perekonomian global ke depan, meskipun secara kondisi saat ini relatif lebih stabil dibanding beberapa waktu lalu.

 


Policy Mix

Perang Dagang China AS
Perang Dagang China AS

Jika kondisi perekonomian dunia pada 2020 nanti tetap memanas, Anis melanjutkan, pemerintah telah punya bekal pengalaman dari kondisi serupa pada beberapa waktu tahun ke belakang.

"Pemerintah juga melakukan langkah-langkah antisipasi dengan berbagai macam policy mix. Pertama adalah best effort, naikin sesuai dengan program-program yang dilakukan," ungkap dia.

Dia juga membuat gambaran, bilamana secara realisasi nantinya tidak sesuai dengan proyeksi awal, pemerintah telah menyiapkan beberapa strategi untuk eksekusi final.

"Jadi artinya, kalau asumsinya tidak sama persis seperti yang diperkirakan, itu akan ada dinamika naik-turun defisit atau pengendalian belanja. Dan itu last effort, karena itu bisa mengganggu perencaanan program-program yang sudah dilaksanakan oleh kementerian/lembaga," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya