Kekhawatiran Resesi Dorong Kenaikan Harga Emas

Harga emas di pasa spot naik 0,5 persen ke level USD 1.524,47 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Agu 2019, 07:32 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 07:32 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas karena kekhawatiran atas penurunan ekonomi global dan kurangnya kejelasan penyelesaian perang dagang AS-China.

Namun kenaikan harga emas terbatas karena investor melihat data ekonomi AS seperti penjualan ritel tidak meosot terlalu dalam.

Mengutip CNBC, Jumat (16/8/2019), harga emas di pasa spot naik 0,5 persen ke level USD 1.524,47 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,5 persen ke level USD 1.535,4 per ounce.

Kenaikan harga emas ini terjadi karena kembalinya kekhawatiran akan resesi global akibat turunnya perekonomian beberapa benua. Selain itu ada keresahan-keresahan lain yang mengakibatkan investor wait and see.

Keresehan tersebut antara lain perang dagang antara AS dengan China yang tak kunjung selesai. Adanya demo besar-besaran di Hong Kong dan juga masalah Brexit yang belum ada titik temu.

"Tetapi penjualan titel AS yang kuat memberikan harapan kepada pelaku pasar," jelas analis TD Securities Daniel Ghali.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan Kemarin

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Harga emas naik 1 persen pada perdagangan hari Rabu (14/8). Kenaikan karena kurva yield Treasury AS berbalik arah dan data ekonomi yang buruk dari zona euro memicu kekhawatiran resesi dan mendorong investor memilih ke safe-haven.

Dikutip dari laman CNBC, Kamis (15/4/2019), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi USD 1,513,34 per ounce, setelah merosot sebanyak 2 persen pada hari Selasa. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,75 persen pada USD 1.525,4.

Kurva imbal hasil keuangan AS berbalik arah untuk pertama kalinya sejak 2007, sebuah tanda bahwa ekonomi terbesar dunia itu mungkin menuju resesi. 

“Dengan ekonomi utama di zona euro yang melaporkan pertumbuhan negatif, mungkin saja kita akan melihat resesi. Jadi, untuk emas khususnya, itu meningkatkan ekspektasi dari apa yang akan dilakukan Federal Reserve AS dalam hal pelonggaran suku bunga," kata Jeff Klearman, manajer portofolio di GraniteShares.

“Tidak ada yang bisa mengalahkan emas dalam waktu dekat ini. Mungkin ada kemungkinan dmana harga emas kembali naik," ucapnya lebih lanjut.

PDB zona eropa hampir tidak tumbuh pada kuartal kedua 2019 karena ekonomi di seluruh blok kehilangan kekuatan ekonomi. Sebut saja Jerman, ekonomi mereka terpengaruh karena perlambatan global yang didorong oleh konflik perdagangan dan ketidakpastian Brexit.

Ini terjadi setelah data menunjukkan pertumbuhan dalam output industri China pada bulan Juli naik paling lambat dalam lebih dari 17 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya