Pemerintah Diminta Waspadai Dominasi Asing di Bisnis Startup

Besarnya pangsa pasar menjadikan bisnis startup tumbuh subur di Indonesia

oleh Septian Deny diperbarui 27 Agu 2019, 15:42 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2019, 15:42 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan era digital dibarengi tumbuh suburnya perusahaan rintisan teknologi (startup) di tanah air harus menjadi perhatian pemerintah.

Pengamat Ekonomi Digital Yudi Candra menyatakan, besarnya pangsa pasar di Indonesia menjadikan bisnis startup tumbuh subur di Indonesia. Hanya saja respon pemerintah yang sedikit lamban menjadikan bisnis start up didominasi  asing.

Dia menjelaskan, usaha startup tanah air kian makin naik daun bahkan pertumbuhannya sangat pesat. Hanya saja startup sekelas unicorn yang memiliki valuasi di atas USD 1 miliar saham mayoritasnya dikuasai asing.

“Artinya keuntungan yang didapat dari bisnis startup ini di masa depan tentu saja ikut ke luar,  itu yang patut diwaspadai,” kata Yudi di Jakarta, Selasa (27/8/2019).

Di samping keuntungan yang lari ke luar, untuk startup yang dikuasai asing juga membuka ruang untuk menguasai ekosistem bisnis digital. Apalagi pasar di Indonesia sangat besar, ini yang menjadikan Indonesia menjadi berkembangnya platform platform digital.

"Di pasar online kompetisi harga sangat tinggi, konsumen tidak lagi melihat barang secara langsung. Masyarakat hanya melihat price, tidak mau tahu itu barang lokal maupun produk luar yang penting murah dibeli. Tentu saja ini yang menjadikan gempuran barang impor kian merangkak naik,” tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Waspadai Masuknya Barang Impor

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Selain keuntungan, dan masuknya barang impor, hal lain yang patut di waspadai di tengah hiruk pikuk era digital yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Ini mengingat, SDM atau tenaga ahli digital Indonesia masih terbatas.

Padahal kebutuhan tenga kerja digital ratusan ribu, dan baru bisa terpenuhi sekitar 60 persenan itu pun tenaga sisanya menggunakan Tenaga Kerja Asing (TKA).

“ negara lain sudah mempersiapkan tenaga kerja digital sejak dini, seperti di Singapura anak usia dini sudah belajar coding. Di Indonesia lulusan perguruan tinggi tenaga IT pun masih terbatas yang mampu untuk bekerja secara kompetitif. Itulah yang harus segera disiapkan jika ingin peluang kerja juga diambil TKA,” tuturnya.

Oleh karenanya Yudi berharap di bawah pemerintah Jokowi yang ke dua nanti, platfom ekonomi digital lebih dimatangkan mulai dari investasi, produk, maupun SDM dapat dipersiapkan matang mulai dari aturan, pembatasan, maupun penyiapan SDM.

“Untuk investasi ada aturan yang lebih menguntungkan perusahaan lokal,  produk harapannya ada batasan agar produk UMKM kita juga bisa bersaing dengan produk luar, dan SDM bisa disiapkan lebih dini mulai dari sekarang,” tandasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya