Perusahaan Jasa Antar Makanan Ini Ancam Bisnis Alibaba, Kok Bisa?

Jasa antar makanan Meituan asal China berhasil menantang bisnis serupa dari Alibaba.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Sep 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi restoran cepat saji. (dok. pexels.com/@davideibiza)

Liputan6.com, Beijing - Pesaing Alibaba ternyata tidak hanya raksasa Tencent, pemain "kecil" pun mampu mengancam ekosistem bisnis Alibaba. Wang Xing (46) membuktikan bahwa jasa pengiriman makanan miliknya bisa unggul dari Alibaba berkat strategi jitu dan agresif.

Dikutip dari Forbes, Jumat (6/9/2019), Wang Xing adalah CEO dan co-founder Meituan yang menawarkan jasa antar makanan dengan network restoran yang lebih besar dari Alibaba. Jumlah Penggunanya? Ratusan juta orang.

Kekayaan Wang pun naik karena Meituan berhasil merebut klien Ele.me yang merupakan layanan antar makanan Alibaba. Tahun ini saja kekayaan Wang naik USD 3,8 miliar atau Rp 53 triliun (USD 1 = Rp 14.154).

Total bisnis jasa pengiriman makanan di China adalah sebesar USD 84 miliar (Rp 1.189 triliun). Menurut TrustData, Meituan berhasil menguasai 64 persen market share, sementara Ele.e milik Alibaba hanya 27,4 persen.

Meituan berhasil unggul karena lebih agresif dalam membangun mitra eksklusif dengan para restoran, sekaligus membuat ongkos lebih murah dengan metode "sekali jalan", yakni mengirim beberapa pesanan dalam satu trip saja.

Alibaba pun memberi sinyal bahwa tak akan duduk manis. Selain mengandalkan kupon, Alibaba juga menggunakan ekosistem layanan tambahan seperti pembayaran online untuk menunjang jasa pengiriman makanan milik mereka. Perang harga pun juga bisa tetap terjadi.

"Jika Ele.me bertekad meluncurkan perang harga lagi, maka Meituan tak punya pilihan selain mengikutinya," ujar analis dari Pacific Poch, Shanghai.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Harga Saham Menanjak

Bentrokan Pecah Saat Aksi Demo Tolak RUU Ekstradisi di Hong Kong
Pengunjuk rasa menghindari gas air mata yang ditembakan oleh polisi anti huru hara di luar gedung Dewan Legislatif, Hong Kong, Rabu (12/6/2019). Polisi Hong Kong telah menggunakan gas air mata ke arah ribuan demonstran yang menentang RUU ekstradisi yang sangat kontroversial. (AP Photo/Vincent Yu)

Saham Meituan ditransaksikan di Bursa Efek Hong Kong sejak September 2018. Menghadapi situasi Hong Kong yang sedang rusuh, saham Meituan ternyata tetap meroket 80 persen tahun ini. 

Kenaikan saham Meituan adalah berkat laporan keuntungan pada kuartal II 2019. Harga saham pun melesat meski Indeks Hang Seng rontok 9 persen akibat demo yang berlangsung sejak bulan Juli. 

Sejauh ini, Meituan berhasil mendapat untung bersih sebesar USD 124 juta (Rp 1,7 triliun). Revenue meningkat 51 persen berkat keberhasilan Meituan merebut kesetiaan pengguna Ele.me milik Alibaba.

Meituan kini sedang mencoba mendulang rezeki tambahan lewat jasa iklan restoran di platform mereka. Tiap tahun, pengguna aktif Meituan tercatat ada 422,6 juta orang.

Hong Kong Rusuh, Alibaba Batal Investasi Besar

Kisah CEO Alibaba Jack Ma, Dari Guru Miskin Kini Miliarder
Jack Ma pernah menjadi seorang guru Bahasa Inggris dengan bayaran hanya sekitar US$ 12 - US$ 15 per bulan.

Alibaba batal melepas saham mereka seharga ratusan triliun di Hong Kong akibat kisruh politik yang tak kunjung mereda. Demo besar Hong Kong kini sudah melebihi 10 minggu lamanya.

Dikutip dari Reuters, 22 Agustus 2019, Alibaba dikabarkan ingin melepas saham hingga USD 15 miliar di Hong Kong . Pelepasan saham itu mestinya dilakukan pada Agustus ini. 

Seorang sumber eksklusif Reuters menyebut penundaan ini juga demi menghindari kekesalan pemerintahan China. Pasalnya, pelepasan modal di Hong Kong saat ini sama saja memberi hadiah bagi wilayah tersebut.

"Tidaklah bijak untuk meluncurkan deal itu sekarang atau dalam waktu dekat. Itu pastinya akan membuat kesal Beijing sebab itu menawarkan Hong Kong hadiah yang begitu besar mengingat apa yang sedang terjadi di kota itu," ujar sumber itu.

Sumber Reuters lain menyebut pelepasan saham rencananya berjalan akhir Agustus, tetapi minggu lalu diputuskan ada penundaan akibat masalah stabilitas finansial dan politik di Hong Kong.

Jika pelepasan saham itu terjadi, maka akan menjadi pelepasan saham terbesar Alibaba dalam tujuh tahun terakhir.

Performa pasar saham di Hong Kong juga ikut terguncang demo anti-pemerintahan China yang sedang terjadi. Para miliarder Hong Kong pun ikut kena getahnya karena kekayaan mereka juga menurun. 

Orang terkaya Hong Kong, Li Ka-shing, juga sudah angkat suara dan meminta agar semua pihak berhenti melakukan kekerasan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya