Status Sriwijaya Air Harus Segera Diperjelas ke Publik

Sampai saat ini masyarakat masih menunggu status pasti mengenai keberlanjutan bisnis Sriwijaya Air

oleh Athika Rahma diperbarui 08 Nov 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 10:30 WIB
Pesawat Sriwijaya Air
Pesawat Sriwijaya Air (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan bisnis maskapai Sriwijaya Air dan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia kembali memburuk. Hal ini tidak hanya berdampak pada operasional perusahaan, tapi juga pada penumpang maskapai.

Pasalnya, ada beberapa kejadian penumpang yang tiketnya dibatalkan secara sepihak saat tenggat waktu sudah sempit menuju penerbangan.

Menanggapi hal tersebut, pengamat penerbangan Gatot Raharjo menyarankan agar hubungan bisnis kedua maskapai segera diselesaikan.

"Hubungan bisnis antara Sriwijaya Air dengan Garuda yang sampai saat ini masih panas dingin perlu segera dicarikan jalan keluarnya," ujar Gatot sebagaimana dikutip Liputan6.com dari keterangan tertulis, Jumat (08/11/2019).

Lebih lanjut, pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional harus segera mengumumkan status operasional Sriwijaya Air, apakah masih layak baik secara keselamatan (airworthy) maupun bisnis dan layananannya.

"Atau sebaliknya, sudah tidak layak dan harus dihentikan penerbangannya. Ini menyangkut kepentingan penumpang Sriwijaya Air yang mencapai 10 persen dari total jumlah penumpang maskapai penerbangan nasional," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Data INACA

Pertama Kalinya, Sriwijaya Air Bakal Bawa 188 Turis ke Belitung
Rencananya, 188 turis Malaysia akan didaratkan di Bandara International Hanandjoedin, Belitung dengan maskapai Sriwijaya Air.

Sebagai informasi, data Asosiasi Maskapai Penerbangan Sipil Nasional (INACA) tahun 2018 menyebutkan Sriwijaya Air Group (Sriwijaya Air dan NAM Air) mengangkut 12,7 juta penumpang domestik dari total 101,9 penumpang domestik maskapai nasional.

"Dengan demikian, tiap hari Sriwijaya Group mengangkut rata-rata 34,7 ribu penumpang. Jumlah yang tidak sedikit," imbuhnya.

Di sisi lain, kebijakan refund tiket yang mencapai 14 hari juga bisa mempengaruhi emosi penumpang.

Untuk itu, Gatot menganjurkan agar informasi valid terkait kondisi Sriwijaya Air harus segera diperlukan, baik untuk penumpang maupun stakeholder lain yang terlibat agar bisa mempersiapkan diri jauh-jauh hari.

Ditanya Soal Kisruh dengan Sriwijaya Air, Dirut Garuda Bungkam

Ari Askhara. (Foto: Humas Pelindo III)
Ari Askhara. (Foto: Humas Pelindo III)

Direktur Utama PT Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Daniputra enggan mengomentari masalah kekisruhan antara pihaknya dengan Sriwijaya. Bahkan dirinya langsung keluar melewati pintu samping kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritinan dan Investasi.

Saat dikejar awak media, Ari sapaan akrabnya justru bungkam sama sekali dan bergegas menuju mobilnya. Sejumlah pewarta juga dihalau protokolernya saat ingin mewawancarai.

Sementara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga tak mau komentar jauh soal sikap Garuda Indonesia terkait kisruh ini. Dirinya justru menyarankan untuk kembali menanyakan kepada pihak Garuda.

"Tanyakan dengan Garuda (sikap terkait kisruh)," kata Budi usai ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, di Jakarta, Kamis (7/11).

Menhub Budi sendiri juga bungkam terkait apa yang memicu perselisihan diantara kedua maskapai nasional itu. Dia hanya ingin agar kerjasama Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air kembali membaik.

"Saya pikir, saya hanya mengatakan, pokoknya dikembalikan kepada perjanjian semula," ujar Budi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya