Rupiah Salah Satu yang Terbaik di Asia

Nilai tukar rupiah menguat pada penutupan 2019 di angka 13.880 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Jan 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2020, 18:00 WIB
Rupiah Masih Tertahan di Zona Merah
Teller menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Selasa (15/10/219). Hari ini rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat pada penutupan 2019 di angka 13.880 per dolar AS menjadi salah satu yang terbaik di Asia.

“Itu merupakan nilai tukar yang terbaik kalau di Asia tentu saja di bawah Thailand tapi hampir sama dengan Filipina,” katanya di Kantor Bank Indonesia, seperti dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2019).

Perry mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah yang menguat tersebut mendapat apresiasi sebesar 2,68 persen sehingga mengindikasikan adanya stabilitas eksternal.

“Stabilitas eksternal terlihat dalam pergerakan nilai tukar rupiah kita sepanjang 2019. Itu mengalami apresiasi cukup besar,” ujarnya.

Di sisi lain, hari ini BI menargetkan kurs tengah rupiah di angka 13.899 per dolar AS yang artinya rupiah melemah tipis empat poin atau 0,02 persen dari posisi 13.895 di hari sebelumnya.

Sementara untuk kurs jual rupiah hari ini ditetapkan di angka 13.968 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di posisi 13.829 per dolar AS.

Perry melanjutkan, stabilitas eksternal Indonesia juga bisa dilihat dari banyaknya aliran modal asing yang masuk sepanjang 2019 yaitu sebesar Rp 224,2 triliun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cadangan Devisa

Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia merinci aliran modal asing itu terdiri dari obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp 168,6 triliun, pasar saham Rp 50 triliun, obligasi koorporasi Rp 3 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp 2,6 triliun.

Tak hanya itu, ia menyebutkan indikator Credit Default Swap (CDS) yang berada di angka 60,6 bps juga merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir.

Selanjutnya, laju inflasi Indonesia pada 2019 yang menyentuh angka 2,72 persen (year on year/yoy) merupakan paling rendah sepanjang 20 tahun terakhir sebab ketika 1999 inflasi berada di sekitar 1,9 persen.

“Ini adalah terendah selama 20 tahun terakhir bahkan lebih rendah dari perkiraan BI. Inflasi pada 1999 setelah krisis Asia, krisis Indonesia yang waktu itu kurang lebih 1,9 persen,” katanya.

Sementara itu, untuk cadangan devisa pihaknya memperkirakan akan lebih tinggi dari data sementara saat ini yaitu 127 miliar dolar AS sehingga mengindikasikan NPI kuartal IV 2019 akan mengalami surplus.

“Insya Allah minggu depan akan kita umumkan tapi data sementara cadev kita akan lebih tinggi dari 127 miliar dolar AS,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya