Investasi Saham Asabri di 14 Emiten Ini Rontok

Sejumlah Investasi PT Asabari (Persero) nampaknya menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan

oleh Athika Rahma diperbarui 09 Jan 2020, 15:45 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 15:45 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Saham-sama yang dimiliki PT Asabri (Persero), BUMN asuransi dan dana pensiun khusus TNI dan Polri, mengalami pertumbuhan negatif. Dari 14 emiten yang termasuk ke dalam portofolio, sebagian besar nilainya anjlok hingga 80 persen dan kepemilikannya di atas 5 persen.

Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis (9/1/2020), pergerakan saham-saham milik Asabri menurun drastis mulai awal 2019.

Kondisi ini tentu mencerminkan kacaunya manajemen keuangan di Asabri. Lantas, apakah Asabri bakal bernasib sama seperti Jiwasraya dengan segala carut marutnya?

Menurut analis saham dari Universal Broker Indonesia Satrio Utama, portofolio saham Asabri sebenarnya masih lebih kecil dibanding Jiwasraya.

"Kalau lihat portofolio sahamnya, ini memang tidak sebesar Jiwasraya, ini akan lebih mudah jadi kasus korupsi ketimbang Jiwasraya," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (9/1/2020).

Hal itu dikarenakan saham yang terdapat dalam portofolio jelas dan, lanjut Satrio, pergerakannya menggunakan pola Pump and Dump.

Pump and Dump sendiri merupakan skema pergerakan saham yang tidak menggunakan mekanisme pasar yang wajar. Hal ini tentu dilakukan untuk menguntungkan suatu pihak tertentu.

"Biasanya pergerakan harga beli dan jual lebih pesat, tidak wajar ditemui dalam mekanisme pasar," paparnya.

Pengamat Pasar Modal Budi Frensidy menambahkan, rerata saham yang dimiliki Asabri adalah saham small cap yang mudah jadi sasaran untuk dipermainkan segelintir pihak.

"Tapi, saham small cap bukan berarti saham gorengan. Tapi saham tersebut bisa jadi sasaran untuk dimainkan," tutur Budi.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Saham-saham yang Rontok

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebagai contoh, Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) mengalami pertumbuhan negatif dari harga Rp. 7.067 per lembar saham pada Januari 2019 menjadi Rp 354 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan saham 23,6 persen.

Kemudian, saham Indofarma Tbk (INAF) jatuh dari harga Rp 5.048 per lembar pada Januari 2019 menjadi Rp 846 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan saham 13,91 persen.

Ada juga saham Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) yang turun dari harga Rp 4.593 per lembar saham pada Januari 2019 menjadi Rp 440 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan 25,14 persen.

 

Selanjutnya

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian, saham Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) yang awalnya bernilai Rp 3277 per lembar pada Januari 2019 menjadi Rp 740 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan saham 10,31 persen.

Juga saham Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) yang turun dari Rp 1707 per lembar pada 5119 per Januari 2019 ke 156 per lembar pada Januari 2020 serta Pool Advista Finance Tbk (POLA) yang turun dari Rp 1707 per lembar pada Januari 2019 ke Rp 262 pada Januari 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya