Saham Starbucks dan McDonald's Rontok Gara-gara Virus Corona

Starbucks menjadi perusahaan yang paling rugi yang diakibatkan oleh penyebaran virus corona di China, disusul oleh McDonald's dan Domino's Pizza.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jan 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2020, 18:00 WIB
Ilustrasi Starbucks. (AP)
Ilustrasi Starbucks. (AP)

Liputan6.com, Jakarta Starbucks (SBUX) dilaporkan menjadi perusahaan paling terimbas wabah Virus Corona yang bermula dari Wuhan, China. Diikuti perusahaan makanan cepat saji McDonald's.

Saham Starbucks diketahui turun 3 persen menjadi USD 89,25. Sementara saham McDonald's merosot hampir 1 persen menjadi USD 209,24.

Kondisi ini diungkapkan Analis dari Guggenheim Securities. Analis Matthew DiFrisco mengatakan dalam sebuah catatan kepada para investor, jika masih terdapat risiko terganggunya pertumbuhan pada tahun-tahun mendatang di perusahaan tersebut.

Hal ini dikarenakan pengembangan toko baru terhambat imbas dari penyebaran virus ini. 

"Kami mengantisipasi pembatasan perjalanan dan meningkatnya kesadaran terkait dengan virus corona yang akan mengganggu perilaku konsumen dalam waktu dekat dan berdampak buruk pada permintaan konsumen, termasuk pengeluaran restoran di wilayah tersebut," ujar dia dalam catatannya.

Situasi Wuhan Saat Diisolasi Akibat Virus Corona
Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

China mengkonfirmasi 81 kematian dan lebih dari 2.800 kasus virus Corona. Pemerintah China juga memperingatkan bahwa masa inkubasi virus ini bisa selama 14 hari. Kondisi yang mempersulit upaya untuk menyaring dan mendeteksi masyarakat yang mungkin berpotensi membawa virus.

"China merupakan salah satu wilayah yang memberikan kontribusi pertumbuhan tinggi bagi pertumbuhan pendapatan global dalam jangka panjang dan juga untuk perusahaan tersebut," kata DiFrisco.

Seharusnya, menurut dia, perayaan Tahun Baru Cina, yang berlangsung dari 25 Januari hingga 8 Februari tahun ini, secara historis menjadi momen kenaikan permintaan konsumen. "Namun untuk tahun ini permintaan konsumen terbilang menurun," jelas dia.

DiFrisco memperkirakan kondisi ini tidak akan berubah, namun ini semua bergantung pada manajemen perusahaan berkaitan dengan pendapatan dan lainnya.

Starbucks dan McDonald's dijadwalkan melaporkan pendapatan pada pekan ini.

Langkah Antisipasi

Starbucks sebelumnya telah menutup semua toko dan menangguhkan layanan pengiriman di provinsi Hubei China saat liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu, menurut Reuters.

Situs web Starbucks China melaporkan jika perusahaan yang berbasis di Seattle ini mengoperasikan sekitar 4.275 toko di 168 kota di daratan Cina, dengan lebih dari 57.000 karyawan.

Sementara McDonald's, yang juga telah menutup gerai di China, memiliki sekitar 3.300 unit di berbagai lokasi.

Secara terpisah, perusahaan global termasuk Honda dan Groupe PSA mengevakuasi pekerja dari daerah-daerah China yang paling terpukul wabah virus mematikan tersebut, seperti Bloomberg melaporkan.

Sementara Nissan berencana untuk mengevakuasi sebagian besar ekspatriat dan anggota keluarganya dari Wuhan menggunakan pesawat carteran yang dikirim pemerintah Jepang.

 

Reporter : Danar Jatikusumo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya