Sri Mulyani: Dampak Kenaikan Harga Rokok Terhadap Inflasi Hanya Musiman

Kenaikan harga rokok mempengaruhi inflasi di Januari

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Feb 2020, 14:52 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2020, 14:52 WIB
Onderdil Harley Davidson dan Brompton
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers terkait penyelundupan motor Harlery Davidson dan sepeda Brompton menggunakan pesawat baru milik Garuda Indonesia di Jakarta, Kamis (5/12/2019). Barang bukti selundupan tersebut dikemas dalam 18 kardus berwarna cokelat. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan harga rokok mempengaruhi inflasi di Januari disebabkan oleh faktor musiman. Dia pun menyebut hal ini bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

"Enggak apa-apa. Seperti biasa saja itu kan hanya seasonal saja," ujar Sri Mulyani di Salemba, Jakarta, Senin (3/2/2020).

Terkait beberapa komoditas lain yang juga mengalami kenaikan harga seperti cabai, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan, kenaikan terjadi karena adanya hujan.

"Kalau kita lihat kan Januari terutama dengan adanya hujan dan logistik ini pasti akan mempengaruhi," jelasnya.

Meski demikian, dia menyakini, inflasi tahun ini pasti akan terjaga pada target 3 persen plus minus 1 persen. "Jadi kita lihat keseluruhannya tetap optimis untuk ke depannya," tandasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Inflasi Januari 2020 Capai 0,39 Persen

Badan Pusat Statsitik (BPS) Suhariyanto. Merdeka.com/Yayuk Agustini
Badan Pusat Statsitik (BPS) Suhariyanto. Merdeka.com/Yayuk Agustini

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, inflasi Januari 2020 sebesar 0,39 persen disumbang oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas. Seperti cabai merah, cabai rawit, ikan segar serta kelompok tembakau yaitu rokok.

"Jadi kalau kita summary kan penyebab utama inflasi Januari 2020 yakni cabai merah, cabai rawit, ikan segar, rokok," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (3/2).

Secara umum, in?asi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,62 persen.

Selain itu, kelompok pakaian dan alas kaki juga menyumbang sebesar 0,12 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menyumbang sebesar 0,13 persen, lalu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09 persen.

Ada juga kelompok kesehatan menyumbang sebesar 0,42 persen. Sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang sekitar 0,04 persen.

BPS juga mencatat ada kenaikan harga pada kelompok rekreasi, olahraga dan budaya yang menyumbang inflasi sebesar 0,18 persen. Kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,19 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,46 persen.

"Sementara kelompok yang mengalami de?asi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,89 persen dan kelompok pendidikan sebesar 0,14 persen," jelasnya.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya