Virus Corona Ganggu Pembangunan Smelter

Pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) terganggu akibat dampak mewabahnya virus corona jenis baru (COVID-19).

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2020, 13:15 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2020, 13:15 WIB
(Foto: Liputan6.com/Septian Deny)
Smelter nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara (Foto:Liputan6.com/Septian Deny)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menyebut pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) terganggu akibat dampak mewabahnya virus corona jenis baru (COVID-19).

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot menjelaskan dirinya baru beberapa waktu lalu berkunjung ke fasilitas smelter milik perusahaan asal China Virtue Dragon Nickel Industry di Sulawesi Tenggara. Perusahaan itu saat ini masih dalam tahap pembangunan.

"Untuk pekerjaan smelter, kebetulan saya kemarin datang ke Virtue Dragon. Memang yang masih dalam tahap pembangunan masih terganggu karena tenaga kerja asal China yang pulang tidak bisa kembali," kata dia dikutip dari Antara, Kamis (12/3/2020).

Bambang menuturkan sekitar 300 hingga 400 pekerja China belum bisa kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Jadi yang masih berjalan dan sudah berjalan (sudah produksi) sepertinya tidak mengalami gangguan tapi yang masih konstruksi mengalami gangguan," jelasnya.

Kendati demikian, Bambang menyebut dampak virus corona cepat atau lambat akan dapat terasa bagi industri tambang. Namun, hingga saat ini belum ada perusahaan yang menyampaikan keluhan atau gangguan akibat virus corona.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Komoditas Tambang

PT Smelting, menjadi pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) pertama dan saat ini menjadi satu-satunya di Indonesia.
PT Smelting, menjadi pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) pertama dan saat ini menjadi satu-satunya di Indonesia.

Selain itu, jika dilihat dari perkembangan harga komoditas tambang, ia juga mengatakan harga masih cenderung stabil.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dampaknya akan terasa dalam waktu panjang (long term).

"Saya amati dari perkembangan harga masih bagus, mulai dari bauksit, timah, emas, batubara juga relatif lumayan. Jadi belum tercermin kondisi tidak membaik, itu belum kelihatan," katanya.

Kementerian ESDM menargetkan pembangunan 52 fasilitas pemurnian atau smelter hingga 2023 dengan rencana investasi 20,4 miliar dolar AS.

Saat ini, telah ada 17 smelter eksisting dengan rincian 11 smelter nikel, dua smelter bauksit, satu smelter besi, dua smelter tembaga, dan satu smelter mangan.

Ada pun rencananya akan ada penambahan 18 smelter nikel, tujuh smelter bauksit, tiga smelter besi, dua smelter tembaga, satu smelter mangan dan empat smelter timbal dan seng.     

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya