Curhat Pengusaha Bus, Omzet Anjlok Hampir 100 Persen

Meskipun beroperasi, angkutan bus hanya digunakan sebagai evakuasi saja.

oleh Athika Rahma diperbarui 05 Apr 2020, 17:30 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2020, 17:30 WIB
FOTO: Dishub DKI Jakarta Hentikan Sementara Layanan Bus AKAP
Bus AKAP terparkir di Terminal Kampung Rambutan Jakarta, Senin (30/3/2020). Untuk mencegah penyebaran virus Corona COVID-19, Dishub Pemprov DKI Jakarta menghentikan sementara layanan Bus Antar Kota Antar Provinsi pertanggal 30 Maret 2020 pukul 18.00 WIB. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Omzet pengusaha bus di tengah pandemi Virus Corona anjlok 75 persen hingga 100 persen. Penyebab omzet pengusaha bus turun drastis, mulai dari ditutupnya tempat wisata hingga kebijakan pelarangan kedatangan orang di daerah-daerah dan physical distancing.

"Untuk penumpang, kalau sekarang kami sudah turun drastis sekali dari seluruh rata-rata angkutan yang ada kami rasakan penurunan 75 persen hingga 100 persen omzet," ujar Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono dalam diskusi daring, Minggu (5/4/2020).

Dia menuturkan jika kondisi ini, sudah mulai terjadi bahkan jauh-jauh hari sebelum Virus Corona merebak di Indonesia.

Ateng menyatakan, penutupan tempat wisata membuat angkutan pariwisata tidak menjalankan operasinya. Bahkan, meskipun beroperasi, angkutan tersebut hanya digunakan sebagai evakuasi saja.

Kemudian, angkutan perkotaan, baik di Jabodetabek maupun di daerah juga sudah berkurang. Hanya ada 15 hingga 20 persen. Secara omzet, penurunan sudah mencapai 100 persen juga.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Angkutan Logistik

20160625-Truk-Dilarang-Masuk-Tol-Dalam-Kota-Jakarta-HA
Angkutan logistik. (Liputan6.com/Helmi Affandi)

Sementara itu, untuk angkutan logistik dan barang secara gradual juga sudah mengalami penurunan. Ateng bilang, penurunan omzet dari angkutan barang mencapai 50 hingga 60 persen.

Lanjut Ateng, pihak yang paling merasakan dampak dari penyebaran Corona di sektor transportasi ini adalah pekerja yang berhubungan langsung dengan operasional bus, dimana jika bus tidak beroperasi, maka mereka tidak akan meraih pendapatan.

"Ini yang kami rasakan, terutama untuk seluruh awak kami yang berkaitan dengan operasional, ya no work, no pay, mereka kasihan sekali meskipun beberapa perusahaan melakukan back-up, saya kira ini tidak akan lama," kata Ateng.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya