Dampak Covid-19, Mayoritas Penjualan UMKM Seluruh Indonesia Turun

Hasil survei mengatakan, jumlah UMKM yang menurun lebih dari 60 persen mencapai 26,6 persen dari total 6.000 responden atau UMKM

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2020, 17:10 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2020, 17:10 WIB
Berburu Aneka Produk di UMKM Export BRILian Preneur 2019
Pengunjung melihat pakaian yang dipamerkan dalam acara UMKM Export BRILian Preneur 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (20/12/2019). UMKM Export BRILian Preneur 2019 menampilkan aneka produk dari 150 UMKM binaan Bank BRI dan Rumah Kreatif BUMN (RKB). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Bappenas, Ahmad Dading Gunadi, menyebut hampir seluruh penjualan dilakukan UMKM mengalami penurunan. Hal ini teercermin jika melihat dari survey dilakukan oleh Asosiasi Business Development Sevices Indonesia (ABDSI).

"ABDSI melakukan survei terhadap 6.000 UMKM di Indonesia jadi kita mau lihat tadi hampir semua penjualannya menurun malah tidak ada yang bisa menjualkan," kata dia dalam diskusi online di Jakarta, Rabu (3/6/2020).

Hasil survei mengatakan, jumlah UMKM yang menurun lebih dari 60 persen mencapai 26,6 persen dari total 6.000 responden atau UMKM. Sementara UMKM sama sekali tidak ada penjualan yakni mencapai 36,7 persen.

Lebih lanjut, hampir sebanyak 15 persen UMKM mengalami penurunan penjualan sekitar 31 sampai dengan 60 persen dari total responden. Sedangkan penjualan yang menurun dari 10 persen sampai 30 persen tercatat 14,2 persen saja.

"Tapi ada yang sedikit juga sekitar 3,6 persen ini lebih tinggi penjualannya atau 4,5 persen sama jadi ada yang menurun ada yang sama dia lebih tinggi jadi ini juga masih ada peluang meskipun indeks konsumen menurun tapi masih di atas 1 persen sehingga ini ada peluang untuk tetap melihat pasar yang sangat segmented," jelas dia.

 

Masalah Bahan Baku

BRI membantu para pelaku UMKM
BRI memberikan bantuan ke UMKM dalam bentuk KUR.

Disamping itu survei juga mencatat UMKM mengalami masalah pada ketersediaan bahan baku dan pembayaran kredit. Banana sebanyak 48,3 persem UMKM merasakan keterbatasan pasokan bahan baku.

Kemudian sebanyak 92,6 persen UMKM membutuhkan restrukturisasi pinjaman atau kredit. Sementara 26,6 persen tercatat tidak dapat melakukan pembayaran pinjaman.

"UMKM mengalami masalah pada ketersediaan bahan baku dan pembayaran kredit karena tadi ada sebagian bahan baku UMKM itu diperoleh dari impor karena negara-negara bersangkutan juga terkena dampak covid-19 dia tidak bisa mensuplai barangnya ke Indonesia di sini mengalami seperti itu UMKM. Sehingga mereka mencari substitusi untuk bahan baku," jelas dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya