Liputan6.com, Jakarta - Industri fesyen muslim ikut terdampak pandemi Corona Covid-19. Meski bersamaan dengan bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, nyatanya penjualan baju muslim turun.
Brand Nadjani Indonesia mengalami penurunan pendapatan hingga 30 persen. "Secara keseluruhan penjualan baju turun 30 persen," kata Pemilik Nadjani Indonesia, Nadya Amatullah Nizar dalam Media Briefing bertajuk 'UMKM Lokal di New Normal' secara virtual, Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Bahkan, dia harus menutup toko offline-nya di sebuah pusat perbelanjaan. Sebab pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat mal ditutup.
Advertisement
Nadya pun memaksimalkan penjualan lewat platform digital. Dia juga mengubah produk jualannya dari pakaian menjadi mukena.
Nadya menilai, di masa pandemi ini tidak banyak orang yang akan membeli pakaian untuk Lebaran. Bahan pakaian pun disulap Nadya menjadi mukena.
Pikirnya inovasi produk dapat meningkatkan penjualan. Koleksi Ramadan Nadjani Indonesia pun berubah menjadi mukena, masker dan celemek.
"Kami akhirnya memberanikan diri merombak koleksi Ramadan yang sudah jadi, namun kurang laku, dan menjadikannya produk yang lebih dibutuhkan masyarakat," cerita Nadya.
Â
Bergabung dengan Plaform Digital
Selain merombak bisnisnya, Nadya juga bergabung dengan platform digital Tokopedia. Dia mengaku omzet usaha yang dirilisnya pada tahun 2011 ini kembali stabil.
Sebanyak 35 pegawai Nadjani Indonesia pun tetap bisa bekerja seperti biasa tanpa khawatir kehilangan pekerjaan. Untuk itu dia menyarankan pelaku usaha lokal untuk bisa berinovasi di tengah pandemi.
Khususnya mereka yang bergerak di industri fesyen muslim. Pelaku usaha harus bisa menciptakan peluang baru dengan kondisi yang ada.
"Khususnya di industri fesyen muslim, untuk terus berjuang dengan terus berinovasi dan menciptakan peluang lewat kanal daring seperti Tokopedia, kata Nadya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber:Â
Advertisement