BI Sebut Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi Masih Terkendali

Bank Indonesia menyatakan nilai tukar rupiah dan inflasi masih relatif terkendali.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Jul 2020, 17:40 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2020, 17:40 WIB
Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi yang masih terkendali.

Pada akhir hari Kamis, 23 Juli 2020, Rupiah ditutup pada level Rp 14.550 per dolar AS. Kemudian Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,86 persen. DXY[1] tercatat melemah ke level 94,69serta yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 0,577 persen.

Sementara pada pagi hari tadi, Jumat (24/7/2020), Rupiah dibuka pada level Rp 14.500 per dolar AS. Kemudian Yield SBN 10 tahun turun di 6,83 persen.

Adapun aliran Modal Asing pada minggu ke-4 Juli 2020, BI mencatat Premi CDS (Credit Default Swaps)[3] Indonesia 5 tahun turun ke 112,9 bps per 23 Juli 2020 dari 124,7 bps per 17 Juli 2020.

“Berdasarkan data transaksi 20-23 Juli 2020, non residen di pasar keuangan domestik beli neto Rp 5,17 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp 5,40 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,23 triliun,” papar Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan resmi.

“Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), non residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp 143,77 triliun,” sambung dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Inflasi

Akibat Covid-19, BPS Catat Inflasi Sebesar 0,08 Persen Pada April
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selanjutnya, BI mencatat inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. “Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Juli 2020, bulan Juli 2020 diperkirakan mengalami deflasi sebesar 0,03 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juli 2020 secara tahun kalender sebesar 1,06 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,61 persen (yoy),” beber Onny.

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari bawang merah sebesar -0,10 persen (mtm), daging ayam ras sebesar -0,03 persen (mtm), bawang putih sebesar -0,03 persen (mtm), gula pasir sebesar -0,02 persen (mtm), jeruk sebesar -0,02 (mtm) serta cabai merah, kelapa, daging sapi, dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).

“Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi, yaitu telur ayam ras sebesar 0,05 persen (mtm), emas perhiasan sebesar 0,04 persen (mtm), dan rokok kretek filter sebesar 0,01 persen (mtm),” tambah dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya