Penumpang Pesawat Masih Didominasi Perjalanan Bisnis

Jika vaksin ditemukan, kemungkinan masyarakat akan percaya lagi untuk terbang dan merasa lebih aman.

oleh Athika Rahma diperbarui 10 Sep 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 20:00 WIB
Februari 2020, 735 Pesawat Batal Terbang dari Bandara Soetta
Aktivitas keberangkatan di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (11/3/2020). Dirut PT Angkasa Pura II M Awaluddin mengatakan, penyebaran virus corona (COVID-19) pada Februari 2020 mengakibatkan 735 penerbangan tujuan internasional dibatalkan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang belum kunjung berakhir mempengaruhi kinerja maskapai penerbangan secara gradual. Meski masyarakat sudah diperbolehkan menaiki pesawat dalam masa PSBB transisi, namun pergerakan perjalanan penumpang pesawat masih didominasi perjalanan bisnis.

Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyatakan, perjalanan masyarakat yang pergi berbisnis mencapai 60 persen.

"Dari data yang ada 60 persen perjalanan bisnis, 20 persen perjalanan wisata dan 20 persen kunjungan keluarga," ujar Edward dalam diskusi virtual, Kamis (10/9/2020).

Adapun, tingkat keterisian penumpang pesawat Lion Air Group masih berada di bawah 70 persen. Menurut Edward, ada beberapa hal yang mempengaruhi keputusan masyarakat melakukan perjalanan dengan pesawat.

Misalnya, adanya vaksin virus Covid-19. Jika vaksin ditemukan, kemungkinan masyarakat akan percaya lagi untuk terbang dan merasa lebih aman.

Lalu kesiapan dana pribadi, itu juga akan menyangkut keputusan apakah akan berwisata atau enggak, seberapa berat kondisi keuangan masing-masing masyarakat.

"Lalu, bagaimana antar daerah itu mereka sudah yakin nggak ada problem terkait Covid-19 ini, itu juga akan mempengaruhi," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

AP II Perketat Protokol Kesehatan di Bandara Soetta dan Halim

PT Angkasa Pura II (Persero) dan stakeholder, menerapkan protokol kesehatan secara ketat di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.
PT Angkasa Pura II (Persero) dan stakeholder, menerapkan protokol kesehatan secara ketat di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.

PT Angkasa Pura II (Persero) dan stakeholder, menerapkan protokol kesehatan secara ketat di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma. Ketatnya protokol kesehatan ini mendukung ditetapkannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, mulai 14 September 2020.

Protokol kesehatan di bandara PT Angkasa Pura II fokus pada jaga jarak (physical distanding), pengecekan kesehatan (health screening), layanan tanpa sentuh (touchless processing), kebersihan fasilitas (facility cleanliness & sanitizing), dan perlindungan terhadap setiap individu di bandara (people protection).

President Director PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin mengatakan, setiap personel di bandara memastikan lima fokus tersebut dapat diwujudkan di setiap bandara termasuk Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma.

“Pengecekan suhu tubuh traveler dijalankan di terminal keberangkatan dan kedatangan, lalu pengecekan surat hasil rapid test dan PCR test dilakukan secara ketat dengan proses antrean yang sangat baik," ujarnya.

Kemudian, di seluruh area bandara juga rutin dilakukan disinfeksi dan disediakan berbagai fasilitas seperti hand sanitizer dan wastafel. Setiap orang di terminal penumpang juga wajib menggunakan masker.

“Protokol kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma juga dimungkinkan untuk diperketat, misalnya dengan penambahan personel aviation security atau customer service, peningkatan frekuensi disinfeksi di area bandara, penambahan titik hand sanitizer, fasilitas cuci tangan, dan berbagai upaya untuk menjaga kebersihan dan higienitas bandara,” jelas Awaluddin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya