Pengguna PLTS Atap Baru Capai 2.346 Pelanggan

Berdasarkan sebaran wilayah, DKI Jakarta menjadi pelanggan terbanyak yang menggunakan PLTS Atap.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2020, 19:54 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 19:54 WIB
Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi melakukan perawatan panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap yang dibangun sejak 8 bulan lalu ini mampu menampung daya hingga 20.000 watt. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Indonesia belum terlalu besar. Padahal energi tersebut terbukti hemat. 

Sejauh ini, baru 2.346 pelanggan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap pada Juni 2020. Dari jumlah tersebut total kapasitas listrik yang digunakan sebanyak 11,5 MW.

"Sampai dengan saat ini, Juni 2020 pelanggan PLTS Atap ini ada 2.346 dengan kapasitas 11,5 megawatt," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Kementerian ESDM, Harris dalam Virtual Press Conference GNSSA 2.0: Siap Beratap Panel Surya, Jakarta, Rabu (16/9/2020).

Dari jumlah pelanggan tersebut, terjadi peningkatan lebih dari 1.300 pelanggan sejak Desember 2018. Berdasarkan sebaran wilayah, DKI Jakarta menjadi pelanggan terbanyak yang menggunakan PLTS Atap. Ada 703 pelanggan dengan kapasitas listrik 2.986,5 kWp.

Diikuti provinsi Jawa Barat dengan jumlah pelanggan 656 dan kapasitas 2.452 kWp. Lalu, Provinsi Banten dengan jumlah pelanggan 544 dan kapasitas 1.254,9 kWp.

Kemudian Jawa Timur sebanyak 191 pelanggan dengan kapasitas 1.430 kWp dan Provinsi Jawa Tengah dan DIY 95 pelanggan dengan kapasitas 2.125 kWp.

"Kalau dilihat sebenarnya paling banyak di Jakarta, Jawa Barat, Banten. Diikuti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY, Bali dan Aceh. Ini progres yang sudah terpasang," kata Harris.

Sementara itu terkait sebaran PLTS Atap berdasarkan kelompok pelanggan di dominasi industri 85 persen, kelompok sosial dan kelompok bisnis masing-masing 7 persen. Sedangkan kelompok pemerintah dan kelompok rumah tangga masing-masing 1 persen.

Harris berharap program yang sudah dicanangkan untuk penggunaan PLTS Atap ini bisa diimplementasikan di berbagai gedung pemerintah. Begitu juga dengan pelanggan golongan R1 dan pelanggan lainnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

PLN Incar Bisnis PLTS Atap di Jakarta

Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi mengecek panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap ini bertujuan menghemat pemakaian listrik konvensional sekaligus menjadi energi cadangan saat listrik padam. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sebelumnya, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya ‎mengincar bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan begitu masyarakat yang ingin mendapatkan listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak perlu membangun PLTS sendiri.
 
General Manager PLN IUD Jakarta Raya M Ikhsan Asaad mengatakan, PLN UID Jakarta Raya berencana mengembangkan bisnis baru, yaitu memberikan fasilitas PLTS atap (solar rooftop) untuk bangunan yang ingin dilistriki dari EBT.  "Kita akan bisnis solar rooftop,"‎ kata Ikhsan, di Jakarta, Kamis (26/12/2019).
 
Menurut Ikhsan, pelanggan yang ingin dilistriki dengan tenaga sinar matahari tidak lagi harus langsung mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli dan memasang perangkat PLTS tersebut. Sebab PLN UID Disjaya sudah menyediakan fasilitas kredit untuk bangunan yang ingin dilistriki dengan PLTS.‎ 
 
"Kita ada beberapa skema bisnis, pelanggan tidak lagi membeli langsung solar roof topnya saya nanti akan berkerjasama dengan bank, nanti pelanggan tinggal bayar sesuai investsi. ‎Kita beri kemudahan pelanggan yang ingin pakai solar rooftop itu seperti kredit 20 tahun,"‎ papar dia.
 
Ikhsan mengungkapkan, cara tersebut merupakan upaya untuk meringankan masyarakat yang ingin menggunakan listrik bersumber dari EBT memalui PLTS. Pasalnya, saat ini‎ investasi untuk membangun PLTS masih cukup besar, sehingga akan menurunkan minat masyarakat yang ingin membangun PLTS untuk bangunannya.
 
Dia berharap dengan diterapkannya bisnis baru ini akan membantu mengejar target porsi EBT dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Untuk menjalankan bisnis tersebut, PLN IUD Jakarta Raya akan menggandeng produsen PLTS.‎
 
‎"kita gandeng provider bagaimana mendorong target EBT 23 persen pada 2025. Kita akan didepan, kita tidk lagi Kompetisi kita klaborasi," tandasnya.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya