DPR Nilai Kritikan Ahok Beri Sentimen Negatif ke Pertamina

Pernyataan Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau yang biasa disapa Ahok kembali membuat publik heboh

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2020, 15:00 WIB
Senyum Ahok Usai Temui Jokowi di Istana
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama tersenyum usai menemui Presiden Joko Widodo di Istana, Jakarta, Senin (9/12/2019). Pertemuan tersebut Presiden meminta agar memperbaiki defisit neraca perdagangan kita di sektor petrokimia dan migas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau yang biasa disapa Ahok kembali membuat publik heboh. Menyusul kritik Ahok atas kinerja jajaran Direksi Pertamina.

Anggota Komisi VI dari Fraksi PPP, Achmad Baidowi menyayangkan pernyataan keras Ahok yang dinilai kembali membuat gaduh pada tataran masyarakat. Sebab diyakini akan memberikan sentimen negatif terhadap korporasi.

"Persoalan itu perlu diselesaikan bukan dibuat gaduh di publik. Itu berpengaruh terhadap sentimen negatif publik terhadap korporasi. Lebih baik persoalan diselesaikan tanpa kegaduhan dibanding membuat kegaduhan tapi persoalan tidak diselesaikan," tegas pria yang akrab disapa Awiek kepada Merdeka.com, Jumat (18/9/2020).

Awiek mengatakan Ahok selaku Komisaris Pertamina dinilai telah bersikap gegabah. Mengingat masalah internal perusahaan seharusnya bisa dikomunikasikan secara baik tanpa menciptakan kegaduhan.

"Jika ada yg tidak beres, tidak sesuai ya luruskan dan koreksi melalui mekanisme yang berlaku di internal korporasi. Bukan diumbar ke publik melalui media sosial.

Menurutnya hal itu sama halnya dengan 'menepuk air di dulang terpercik muka sendiri'. "Maknanya, bahwa Ahok mengumbar kesalahan/kekurangan Pertamina ke publik, itu akan membuat publik bertanya? Ini kan harusnya Pak Ahok yang ikut membenahi kenapa diumbar ke publik?," tegasnya.

Lebih jauh, Awiek meminta Ahok untuk lebih memperbaiki pola komunikasi selaku pejabat publik. "Nah itu dia sebagai komut harusnya Pak Ahok lebih baik persoalan diselesaikan tanpa kegaduhan," ucapnya.

 

Kritikan Ahok

Senyum Ahok Usai Temui Jokowi di Istana
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama tersenyum usai menemui Presiden Joko Widodo di Istana, Jakarta, Senin (9/12/2019). Pertemuan tersebut Presiden meminta agar memperbaiki defisit neraca perdagangan kita di sektor petrokimia dan migas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau yang biasa disapa Ahok mengkritisi kebijakan yang diambil direksi perseroan. Menurutnya, Pertamina memiliki kebiasaan meminjam utang untuk mengakuisisi kilang minyak di luar negeri.

Padahal, menurutnya lebih baik Pertamina melakukan eksplorasi dalam negeri karena Indonesia masih punya potensi 12 cekungan yang menghasilkan minyak dan gas (migas). Dirinya juga curiga kalau keputusan itu berkaitan dengan bagi-bagi komisi antar pihak.

"Sudah minjam duit USD 16 miliar, tiap kali otaknya minjam duit terus, saya sudah kesal. Minjam terus, akuisisi terus, kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi minyak dan gas, ngapain di luar negeri? Jangan-jangan ada komisi," tandas Ahok, dikutip dari akun YouTube POIN, Rabu (16/9).

Selain itu, Ahok bilang, pembangunan kilang minyak saat ini tidak efisien. Menurutnya, ada beberapa investor yang serius berinvestasi kilang minyak dengan Pertamina. Namun, kilang-kilang tersebut belum juga dibangun.

Oleh karenanya, mantan Gubernur DKI Jakarta ini bakal mengadakan rapat membahas hal ini. "Makanya nanti saya mau rapat penting soal kilang. Berapa investor yang sudah nawarin mau kerja sama didiemin? Sudah ditawarin kenapa ditolak? Kenapa kerja seperti ini?" katanya.

"Saya lagi mau audit (proyek kilang), cuma saya emosi juga kemarin. Mereka lagi mancing saya emosi, saya emosi laporin Presiden apa? Ahok mengganggu keharmonisan," imbuh Ahok.

Selain itu, dirinya juga memprotes Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) yang menawarkan proyek paperless di kantor Pertamina.

"Saya lagi paksakan tanda tangan digital (di Pertamina), tapi Peruri minta Rp 500 miliar untuk proses peperless, itu BUMN juga. Itu sama saja dapat proyek Pertamina lalu tidak mau kerja lagi, tidur 10 tahun, mau jadi ular sanca, jadi ular piton," ungkap Ahok.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya