Pengusaha Sebut Resesi Indonesia Tak Separah Krisis Ekonomi 1998

Pengusaha menilai kondisi ekonomi yang diprediksi mengalami kontraksi dan membawa pada resesi pada triwulan III-2020

oleh Athika Rahma diperbarui 28 Sep 2020, 20:30 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2020, 20:30 WIB
Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pedagang minuman keliling bersiap melintasi lajur penyebrangan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menkeu Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai kondisi ekonomi yang diprediksi mengalami kontraksi dan membawa pada resesi pada triwulan III-2020 tidak akan seburuk krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada1998.

"Kami melihat fundamental ekonomi masih kuat, kondisi perbankan kita masih kuat, berbeda dengan krisis tahun 1998 atau 2008 di mana industri keuangan kita sudah hancur," kata Sarman ketika dikutip dari Antara, Senin (28/9/2020).

Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta tersebut menegaskan bahwa para pengusaha sejatinya tidak khawatir dengan dampak resesi, namun lebih kepada pandemi COVID-19 itu sendiri jika terjadi secara berkepanjangan.

Pandemi yang terjadi berkepanjangan ini justru berpotensi membuat para pengusaha tidak lagi mampu bertahan, menimbulkan masalah sosial hingga memasuki depresi ekonomi.

Menurut dia, resesi ekonomi di tengah pandemi COVID-19 tentu saja tidak bisa terelakkan, mengingat sejumlah negara maju bahkan telah lebih dahulu mengalaminya.

Dalam kondisi tersebut, pengusaha tidak punya pilihan selain mengambil langkah bertahan, seperti efisiensi biaya operasional, termasuk sumber daya manusia yang mengakibatkan pengurangan karyawan.

"Efisiensi, kemudian mengurangi berbagai pengeluaran-pengeluaran yang mungkin tadinya ada dalam jangka menengah-panjang, akan direvisi. Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi pengurangan karyawan," kata dia.

Sarman menambahkan bahwa pengusaha mendorong agar pemerintah melalui Komite Penanganan COVID-19 dam Pemulihan Ekonomi Nasional mempercepat ketersediaan vaksin, menambah kemampuan testing spesimen, hingga menambah kesediaan tempat tidur di rumah sakit dan ruang isolasi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 diproyeksi resesi dengan terkontraksi minus 2,9 persen sampai minus 1,1 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengusaha Tak Takut Resesi

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pedagang melintasi lajur penyebrangan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dunia usaha mengaku tidak khawatir dengan resesi akibat dampak pandemi covid-19. Di mana pada kuartal II pertumbuhan ekonomi terkontraksi -5,32 persen, dan diproyeksikan kuartal III akan minus 1,1-2,9 persen.

“Kami menyampaikan bahwa pengusaha tidak khawatir dengan resesi," kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada Liputan6.com, Minggu (27/9/2020).

Menurutnya, selama 6 bulan ini ekonomi Indonesia memang stagnan. Gelombang PHK sesuatu hal yang tidak dapat dielakkan, UMKM banyak yang tumbang, sumber pendapatan masyarakat menurun drastis membuat daya beli masyarakat merosot, yang akhirnya membawa pertumbuhan ekonomi kita kuartal II 2020 terkontraksi.

Kata Sarman, dunia usaha lebih mengkhawatirkan jika pandemi covid-19 ini berkepanjangan, maka akan semakin banyak pengusaha akan bertumbangan dan akan menimbulkan masalah sosial dan berpotensi memasuki depresi ekonomi dan bukan hanya sekedar resesi lagi.

“Tapi, jika Vaksin covid-19 bisa segera direalisasikan maka pasar akan merespons positif, psikologi pengusaha dan masyarakat akan optimistis menuju pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 yang positif.” Ujarnya.

Kendati begitu, dunia usaha mengapresiasi upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh Menteri BUMN Erick Tohir selaku Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) patut diacungkang jempol dalam memerangi Covid 19 dan memulihkan perekonomian ditengah ketidak pastian dampak pandemic Covid 19.

“Mulai dari penambahan kemampuan testing spesimen, menyiapkan dan menambah kesediaan tempat tidur di rumah sakit serta ruang isolasi, meningkatkan standardisasi penanganan kasus dan pasokan obat terapi penyembuhan, hingga percepatan ketersediaan vaksin Covid-19 suatu kerja keras yang luar biasa yang patut kita hargai dan support,” jelasnya.

Demikian pengusaha mendoakan agar berbagai usaha, upaya dan perjuangan pemerintah melalui ketua KPCPEN Erick Tohir agar vaksinasi ini segera dimulai. Termasuk penjajakan kerjasama dengan Kimia Farma dengan G42, Genexine, CanSino, dan Astra Zeneca, Pfizer, Johnson & Johnson, dan Novafax melengkapi kerjasama Biofarma dengan Sinovac yang sudah direalisasikan lebih dulu.

Ia berharap dengan adanya kerjasama ini diharapkan ada jaminan akan kecepatan, ketersediaan, dan pengiriman vaksin untuk menyegerakan ketersediaan vaksin tentu dengan harga yang terjangkau. Dengan begitu Indonesia bisa segera keluar dari jurang resesi. 

“Kami usulkan agar program vaksinasi ini dimulai dari daerah yang masuk zona merah dan menjadi barometer pertumbuhan perekonomian nasional seperti DKI Jakarta dan sekitarnya, Jatim, Jabar, Jateng, Sulsel dan lainnya,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya