Menilik Potensi Ekspor Indonesia ke Mozambik

Indonesia secara resmi telah melakukan penandatangan perjanjian perdagangan dengan Mozambik pada Agustus 2019 silam.

oleh Athika Rahma diperbarui 22 Okt 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 20:00 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia secara resmi telah melakukan penandatangan perjanjian perdagangan preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) dengan Mozambik pada Agustus 2019 silam. PTA ini tinggal menunggu ratifikasi sebelum bisa diimplementasikan secara keseluruhan.

Dengan PTA ini, Indonesia memiliki peluang menggarap pasar ekspor Mozambik dengan produk unggulan yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya. Menurut Duta Besar RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Mozambique dan Malawi Herry Sudrajat, beberapa produk Indonesia bahkan sudah menguasai pasar Mozambik.

"Meskipun kita baru buka kedutaan di sana, produk palm oil (minyak sawit) asal Indonesia hampir menguasai pasar di mozambik dengan kuantitas impor 130.971 ton. Cukup besar, sementara impor palm oil Mozambik dari seluruh dunia 247.000 ton, ini tahun 2019," kata Herry dalam webinar yang ditayangkan Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI, Kamis (22/10/2020).

Selain itu, di tahun yang sama, komoditi kertas asal Indonesia juga hampir menguasai pasar mozambik. "Mozambik impor 93.000 ton kertas dari seluruh dunia, impor dari kita sebanyak 85.000 ton. Jadi dari kuantitas hampir menguasai," jelas Herry.

Kendati, Indonesia masih memiliki kesempatan menggarap potensi produk lain untuk Mozambik yang kebutuhannya besar. Misalnya, produk biskuit. Indonesia baru bisa mengekspor biskuit sebanyak 14 ton, padahal kebutuhan impor di sana bisa sampai 3,38 juta ton (tahun 2019).

Lalu, margarin baru diekspor 191 ton saja, padahal kebutuhan impor Mozambik mencapai lebih dari 66.000 ton.

"Karung berbahan tekstil, kita baru ekspor 436 ton padahal di sana butuh impor sampai 23.000 ton. Jadi ini sebenarnya belum optimal," tandasnya.

Untuk komoditas rempah, Indonesia juga masih kalah. Impor rempah (HS09) Indonesia masih berada di angka USD 8.000. "Banyaknya rempah ini dari Afrika, Portugal, Brazil. Dari Asia hanya India dan China, kita masih kecil. Rempah akan sulit bersaing dgn afsel dan protugal," kata Herry.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Makanan Olahan

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Begitu pula dengan potensi aneka makanan olahan (HS21). Perdagangan komoditi ini, dari Indonesia, nilainya masih USD 14.000.

Oleh karenanya, Herry berharap PTA Indonesia-Mozambik bisa segera diimplementasikan, karena terdapat poin kesepakatan berupa penurunan tarif kepada 217 pos tarif komoditi Indonesia termasuk. minyak sawit, kertas, hingga produk tekstil.

Meskipun ekonomi Mozambik tidak bisa disandingkan dengan negara Afrika yang lebih maju, namun Mozambik punya pasar yang cukup besar.

"Lokasinya berbatasan dengan Afrika Selatan, Eswatini, Zimbabwe dan Tanzania. Punya 3 pelabuhan dan berbatasan dengan Samudera Hindia. Penduduknya memang nggak terlalu besar, 31,9 juta jiwa, tapi kalau lihat pasar di sebelahnya, saya kira merupakan potensi yang cukup besar," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya