Ekspor Indonesia ke AS Berpotensi Turun, Kemendag: Jangan Kaget, tapi Kita Siap Antisipasi

Kementerian Perdagangan menuturkan, Amerika Serikat (AS) merupakan mitra dagang terbesar kedua setelah China. Dengan demikian, ketergantungan terhadap AS juga signifikan.

oleh Tira Santia Diperbarui 24 Apr 2025, 13:57 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2025, 13:56 WIB
Ekspor Indonesia ke AS Berpotensi Turun, Kemendag: Jangan Kaget, tapi Kita Siap Antisipasi
Surplus yang didapat pada periode Juni 2024 berasal dari nilai transaksi ekspor yang mencapai 20,84 miliar dolar AS, serta impor sebesar 18,45 miliar dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengingatkan kemungkinan penurunan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) sebagai dampak dari penerapan tarif resiprokal oleh Pemerintah Amerika Serikat.

"Jangan kaget kalau ekspor Indonesia ke Amerika akan mengalami sedikit penurunan imbas penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat,” Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Fajarini Puntodewi, dalam Gambir Trade Talks, di Jakarta, Kamis (24/4/2025).

Perempuan yang akrab disapa Punto ini menegaskan, Amerika Serikat merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Menurutnya, Amerika Serikat adalah pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia setelah Tiongkok. Dengan daya beli dan ukuran pasar yang besar, ketergantungan Indonesia terhadap pasar AS pun terbilang signifikan.

"Jadi Amerika itu mitra dagang kita yang kedua setelah Cina. Sehingga memang ketergantungan kita terhadap pasar Amerika juga cukup besar,” ujarnya.

Namun, Fajarini menekankan pemerintah tidak tinggal diam. Seiring dengan upaya negosiasi, strategi pengembangan ekspor ke pasar alternatif juga terus digencarkan. 

Dia menuturkan, situasi ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk mempercepat diversifikasi pasar ekspor ke wilayah-wilayah non-tradisional yang selama ini belum dimaksimalkan

"Tentu selain itu kita juga pasti memiliki rencana lain. Karena kan bagaimanapun masih banyak juga pasar ekspor yang lain selain Amerika yang masih banyak yang harus kita garap,” ujarnya.

 

 

Pengembangan Pasar Bukan Hal Mudah

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Namun, ia mengakui, pergeseran pasar ini bukan hal yang mudah, terutama bagi sektor-sektor yang telah lama bergantung pada pasar tertentu dan sistem perdagangan yang sudah terbangun.

"Jadi, sebenarnya sudah dari dulu mungkin kita bicara mengenai pasar non-tradisional begitu tetapi prakteknya juga itu masih susah,” tegasnya.

Ia menuturkan, upaya diversifikasi pasar sering kali menghadapi tantangan, terutama bagi sektor-sektor yang sudah terbiasa mengekspor ke negara tertentu dengan sistem perdagangan yang sudah terbentuk.

"Ini mungkin juga merupakan satu kesempatan mau tidak mau kita pun juga harus mulai melihat potensi pasar lain untuk kita mengembangkan ekspor kita. Harus dilakukan, meskipun mungkin untuk beberapa sektor itu agak susah karena kadang-kadang untuk beberapa sektor itu pasarnya memang di situ,” jelasnya.

Berpindah pasar bukan hal mudah dan memerlukan adaptasi baik dari sisi regulasi, preferensi konsumen, hingga kesiapan pelaku usaha itu sendiri.

"Jadi misalnya untuk langsung pindah ini juga satu homework sendiri untuk kita juga mempersiapkan para eksportir kita untuk bisa memindahkan pasarnya juga,” pungkasnya.

RI-AS Tandatangani Kesepakatan Negosiasi Tarif Resiprokal

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga... Selengkapnya

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama USTR (Ambassador Greer) dan Secretary of Commerce (Howard Lutnick), melanjutkan pertemuan teknis antara Tim Teknis RI dengan Tim dari pihak USTR.

Pertemuan antara Tim Teknis RI dengan Tim Teknis USTRtelah dimulai sejak Jumat, 18 April 2025 hingga Rabu, 23 April 2025. 

Dalam pertemuan teknis lanjutan, telah dilakukan penandatanganan Agreement Between the Government of the United States of America and the Government of the Republic of Indonesia, regarding the Treatment of Information Related to Bilateral Agreement on Reciprocal Trade, Investment and Economic Security. 

"Dengan ditandatanganinya dokumen ini, secara resmi mulai dilakukan proses negosiasi tingkat teknis untuk membahas posisi kedua negara dalam isu Tarif Resiprokal Amerika Serikat ini," kata Airlangga dikutip dari laman Kemenko Perekonomian, Kamis (24/4/2025).

Kedua belah pihak sepakat untuk segera membahas isu-isu teknis dalam perundingan yang rencananya akan dimulai pembahasan substansi teknis dalam waktu 2 pekan mendatang.

Hasil-hasil perundingan tingkat teknis ini akan dituangkan dalam suatu framework agreement yang akan memuat hal-hal yang akan disepakati kedua belah pihak.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya