Strategi Bank Indonesia Kembangkan Ekonomi Syariah dari Pondok Pesantren

Bank Indonesia (BI) menjadikan pondok pesantren sebagai salah satu bagian penting dalam perumusan pengembagan ekonomi syariah

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2020, 12:20 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2020, 12:20 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia menjadikan pondok pesantren sebagai salah satu bagian penting dalam perumusan pengembagan ekonomi syariah di Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan program pengembangan yang disusun bank sentral dirancang untuk mendukung unit-unit usaha di pesantren.

Program-program tersebut dirancang dalam 6 prioritas utama. Pertama, memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian pesantren, masyarakat dan nasional.

"Memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian pesantren, masyarakat dan nasional," kata Perry dalam Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional Ke-1 Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren Indonesia secara virtual, Jakarta, Selasa (27/10/2020).

Kedua, program pengembangan ekonomi syariah akan menjadi arus pertumbuhan baru. Mendukung penguatan ekonomi syariah melalui pemberdayaan ekonomi pesantren.

"Melalui peningkatan kapasitas ekonomi pesantren, mendorong ekonomi lokal untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif," sambung Perry.

Ketiga, membangun ekosistem pesantren dengan program yang bersifat dari hulu ke hilir (end to end process). Program ini dilakukan mulai dari dikemas pada tahap-tahap input produksi, manajemen dan pemasaran.

Keempat, peta jalan kemandirian pesantren dalam mengelola beberapa hal. Mulai dari replikasi model usaha, virtual market, central excellent dan pembentukan holding bisnis.

Kelima, melakukan peningkatan akses pesantren. Baik dari sisi pasar keuangan, wirausahawan, jejaring, teknologi maupun digitalisasi.

Keenam, dalam program pegembangan ekonomi syariah, Bank Indonesia akan membangun pesantren dengan memperkuat infrastruktur dan kerjasama kelembagaan. "Keenam membangun pesantren dengan memperkuat infrastruktur dan kerjasama kelembagaan," kata Perry mengakhiri.

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Ungkap 4 Sektor yang Mampu Dongkrak Industri Syariah di Indonesia

Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia

Indonesia memiliki empat sektor potensial sebagai sumber pengembangan industri syariah nasional. Keempat sektor tersebut adalah pertanian (integrated farming), industri makanan dan fesyen, energi terbarukan (renewable energy), dan pariwisata halal (halal tourism).

Pengembangan empat sektor tersebut dilakukan melalui pendekatan rantai nilai halal yaitu pemberdayaan dan pengembangan ekonomi syariah secara komprehensif.

"Termasuk memperkuat digitalisasi UMKM Syariah untuk memperluas akses pasar dan pembuatan kanal pembayaran digital melalui QRIS atau QR Indonesian Standard," jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Sugeng dalam sambutan secara vitrual pembukaan FESyar (Festival Ekonomi Syariah) Regional Sumatera di Padang, Sumatera Barat, Senin (14/9/2020).

Gelaran FESyar Regional Sumatera ini merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) Virtual 2020 yang dibuka pada awal Agustus 2020 lalu oleh Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, sebagai Wakil Ketua atau Ketua Harian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, menyampaikan bahwa ekonomi dan keuangan syariah merupakan salah satu solusi di masa pandemi Covid-19, karena adanya kebutuhan akan produk halal yang higienis.

Pemerintah provinsi Sumatera Barat telah mengeluarkan beberapa ketentuan untuk mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan syariah terutama untuk mendukung pengembangan kuliner dan wisata halal, sehingga pelaksanaan Fesyar merupakan momentum yang tepat untuk semakin memperkenalkan ekonomi dan keuangan syariah kepada masyarakat.

FESyar Regional Sumatera 2020 mengangkat tema “Penguatan Konektivitas Ekonomi Syariah sebagai Pendorong Ekonomi Regional” akan berlangsung selama 7 (tujuh) hari dari tanggal 14 – 20 September 2020 secara virtual.

Tema tersebut sejalan dengan konteks wilayah Sumatera yang berbatasan dengan berbagai negara, seperti Singapura dan Malaysia, sehingga diharapkan dapat terjadi hubungan perekonomian yang lebih erat.

Penyelenggaraan Fesyar tahun ini, menandai era baru dengan penggunaan media virtual sebagai upaya bersama untuk menggerakkan ekonomi dan keuangan syariah di masa pandemi Covid-19.

Kegiatan Fesyar difokuskan untuk menampilkan sekaligus mendorong pengembangan usaha syariah melalui halal value chain, ekonomi pesantren, UMKM dan koorporasi.

Selain itu, juga sebagai sarana edukasi dan peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah melalui seminar, talkshow, tabligh akbar yang diharapkan dapat mendorong halal lifestyle yang bermanfaat bagi masyakat, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ZISWAF.

Pelaksanaan Fesyar Regional Sumatera 2020 diharapkan dapat mempertemukan pemasok dan produsen, produsen dan distributor, produsen dan konsumen, maupun inventor pada industri halal nasional.

Selain itu, Fesyar Regional Sumatera 2020 merupakan wujud implementasi sinergi dan koordinasi Bank Indonesia dengan otoritas lain seperti Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), BPOM Republik Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Wakaf Indonesia, serta asosiasi seperti Asbisindo, IAEI dan MES dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya