Tingkatkan Daya Saing, Ditjen Perkebunan Perkuat Hilirisasi Lewat Alat Pasca Panen

Ditjen Perkebunan memberi bantuan dengan pihaknya memfasilitasi alat pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan kepada kelompok tani.

oleh stella maris diperbarui 30 Okt 2020, 12:26 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2020, 10:28 WIB
Biji Kopi
Ilustrasi Foto Biji Kopi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) hingga saat ini terus memperkuat hilirisasi sub sektor perkebunan melalui alat pasca panen. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi menegaskan bahwa hilirisasi pasca panen sangat diperlukan.

Dedi mengungkapkan bahwa tujuan hilirisasi pasca panen untuk mendorong pekebun mendapatkan nilai tambah dan daya saing. Oleh karena itu, guna memperkuat hilirisasi sub sektor perkebunan, pihaknya memfasilitasi alat pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan kepada kelompok tani.

"Hilirisasi difokuskan ditingkat kelompok tani agar menghasilkan bahan baku berkualitas. Sedangkan dukungan pasca panen dilakukan agar petani atau pekebun punya nilai tawar dan menghasilkan end produk bernilai tinggi," jelas Dedi.

Di Jawa Barang misalnya, Ditjen Perkebunan memberikan bantuan alat-alat pengolahan kopi kepada Pemprov Jabar. Alat-alat tersebut pun dapat dimanfaatkan untuk membantu pembibitan, budidaya hingga pasca panen.

"Dengan bantuan alat pasca panen kami jadi tidak terlalu repot mengurusi proses pengolahan kopi. Kopi kami kumpulkan sendiri dari petani, diolah sendiri, sampai jadi kopi gabah dan green bean diekspor. Ada juga diolah lebih lanjut sampai jadi disajikan di kafe milik sendiri," kata Hari Yuniardi, dari Kelompok Mahkota Java Coffee Garut.

Rata-rata setiap musim panen Mahkota Java Coffee menampung sampai 200 ton kopi dan diekspor. Mahkota juga punya kafe yang paling paling banyak dikunjungi di Garut yang dimiliki oleh Hari.

Dari puluhan kafe, Mahkota Java yang paling terkenal sampai ke luar negeri dan merupakan salah satu titik yang wajib dikunjungi oleh siapa saja yang ke Garut dengan cita rasa kopi khasnya.

Mahkota melalui KASUGA (Kopi Asli Urang Garut, Kopi Asli Orang Garut) menghimpun 12 kelompok tani dengan total anggota 320 orang. Adanya berbagai peralatan pasca panen membuat Mahkota mampu memenuhi standar ekspor.

"Importir minta keseragaman fisik kopi, kalau tidak maka akan ada masalah. Dalam satu karung kalau kupas basah maka semua harus sama, demikian juga kupas kering semua tidak bisa satu karung dicampur kopi yang dikupas basah dan kering" katanya.

Dengan banyaknya peminat dari luar negeri, artinya, kopi Garut bukan sekadar menghadirkan komoditas terbaik dari Indonesia saja. Tapi kopi Garut juga menjadi penyelamat ekonomi para petani Garut setelah sayur mayur. 

 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya