Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah gencar menggaungkan kota kreatif. Hal ini mengacu pada jumlah wisatawan yang didominasi kalangan muda.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, generasi muda menginginkan adanya engagement ketika memilih tujuan bepergian atau wisata.
Baca Juga
Untuk mewujudkan kota kreatif, Rizky menjelaskan perlunya kolaborasi dari pengelola wisata dan ekonomi kreatif setempat.
Advertisement
“Jadi ke depan, mungkin kota kota kreatif ini bisa terus dikolaborasikan dengan pariwisata. Jadi nanti di platform digital atau e-commerce, atau yang dijual oleh para travel agent adalah menjual creative experience,” kata dia dalam video konferensi, Selasa (3/11/2020).
Sehubungan dengan hal ini, Kemenparekraf bersama dengan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) berencana melakukan pendampingan untuk daerah yang berpotensi menjadi kota kreatif. Sebab, Rizky menemui sejumlah daerah di Indonesia yang memiliki potensi terpendam.
“Ini yang perlu pendampingan dari ICCN. Nanti kita bikin program pendampingan buat kabupaten kota yang kita pikir bisa dorong menjadi kota kreatif. Kota dimana memang bisa menunjukkan kreativitasnya untuk menjadi satu destinasi pariwisata,” kata Rizky.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemenparekraf Pertemukan 100 Finalis Food Startup dengan Investor
Sebelumnya, setelah melalui proses yang cukup panjang, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) akhirnya menyelenggarakan kegiatan puncak Food Startup Indonesia (FSI) MMXX bagi 100 finalis. Seluruh finalis FSI berkumpul pada acara puncak Demoday FSI di Bali, 12-15 Oktober 2020. Kegiatan puncak ini dilaksanakan oleh Deputi Bidang Industri dan Investasi melalui Direktorat Akses Pembiayaan bekerjasama dengan Ultra Indonesia.
Secara demografi, 100 finalis FSI MMXX berasal dari 17 provinsi. Penyebaran demografi ini dimaksudkan agar terjadinya pemerataan pemanfaatan program kepada pelaku UMKM sektor kuliner di seluruh Indonesia. Bagi peserta, pelaksanaan Demoday saat pandemi merupakan tahapan yang dinantikan setelah berjuang sejak bulan April 2020. Pada tahap ini seluruh finalis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Demoday seperti direct mentoring, business coaching, akses permodalan dan pemasaran.
“Program FSI tahun ini tentu menjadi lebih penting bagi pelaku industri kuliner Tanah Air yang membutuhkan akses pendanaan. Semoga seluruh finalis dan investor sama-sama dapat menjalin kerja sama agar UMKM kita dapat terus tumbuh di tengah pandemi," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), Wishnutama Kusubandio, Selasa (13/9/2020).
Pada tahapan mentoring, FSI menghadirkan puluhan narasumber yang mempunyai expertise di bidang kuliner, bisnis serta ekosistemnya. Beberapa mentor bahkan dahulunya merupakan pelaku UMKM yang sudah sukses, antara lain Sano Superfood (Eka Seafood Indonesia), Donny Wangke (Sano Superfood) dan Nilamsari (Sari Kreasi Boga). Pada tahap ini setiap peserta mempresentasikan produk sampel terbaiknya dalam bentuk pitch deck untuk mendapatkan masukan dari masing-masing mentor yang telah ditentukan. Selain mentorship, peserta juga akan mendapatkan business coaching yang dilakukan melalui kegiatan conference. Pengisi sesi ini dilakukan baik secara offline dan online.
Advertisement
Akses Pendanaan
Sementara itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo menjelaskan program utama demoday yang paling ditunggu seluruh finalis tentu saja pitching forum. Seluruh peserta melakukan presentasi akhir dihadapan para juri dan investor semenarik mungkin atas produk atau jasa yang dimiliki. Pada sesi ini calon investor akan memilih calon peserta yang akan diberikan akses pendanaan dan pemasaran. Panitia FSI juga akan mengumumkan 3 Food Startup Indonesia | MMXX terbaik pada akhir acara Pitching.
“Kehadiran investor dalam Demoday menunjukkan bahwa dukungan terhadap UMKM sektor kuliner sangat besar. Dengan terbukanya peluang pemodalan ini, pemerintah berharap ekosistem sektor kuliner tetap optimis dalam situasi pandemi," katanya.
Situasi pandemi tidak saja berdampak pada jumlah peserta, namun juga mengubah komposisi jenis perusahaan yang lolos pada tahap Demoday. Bila pada empat tahun penyelenggaraan sebelumnya FSI lebih diminati jenis perusahaan food manufacture, tahun ini komposisinya hampir berimbang yakni food manufacture 57 persen dan food service yaitu 43 persen. Menariknya, baru pada pelaksanaan FSI tahun ini pengajuan pendanaan dari food service lebih besar dibanding food manufacture. Total pengajuan pendanaan dari food service sebesar Rp66.298.168.647, sementara food manufacture sejumlah Rp47.317.687.000.
Pada aspek jenis pendanaan yang dibutuhkan, panitia Food Startup Indonesia (FSI) MMXX mengidentifikasi ke dalam lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing dan lembaga pinjaman lainnya. Sumber pendanaan dari bank dan equity paling diminati oleh masing-masing perusahaan baik food manufacture dan food service. “Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku UMKM sektor kuliner yang mengikuti FSI. Proses seleksi yang panjang dan kompetitif ini dimaksudkan agar akses pemodalan dan pemasaran tepat sasaran”, ujar Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim.
Kegiatan demoday FSI tahun ini dilakukan secara hybrid, gabungan antara offline dan online. Seluruh kegiatan yang dilakukan secara fisik mengacu pada standar protokol kesehatan pemerintah kepada setiap peserta. Seluruh peserta dan tim yang terlibat bahkan diwajibkan melakukan rapid test sebelum menuju lokasi acara yang berlangsung di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort.