Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai saat ini industri financial technology (fintech) menjadi salah satu solusi pemerintah untuk turut meningkatkan inklusi keuangan Indonesia. Mengingat fintech menawarkan kemudahan terhadap berbagai layanan keuangan terhadap masyarakat luas.
"Saya memiliki keyakinan bahwa forum ini dapat mengangkat mengenai potensi terkait fintech. semangat ini sejalan dengan untuk terus meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, khususnya fintech agar berperan penting dari segi pembiayaan dalam masa Covid-19," terangnya dalam acara peluncuran "Indonesia Fintech Society (IFSoc)", Senin (9/11).
Baca Juga
Airlangga mengungkapkan, fintech saat ini memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan inklusi keuangan di tanah air. Menyusul kian meluasnya manfaat layanan fintech hingga ke masyarakat pedesaan.
Advertisement
"Sebagai contoh diperkirakan ada 5 juta agen fintech yang telah melayani keuangan digital, dengan potensi untuk melayani kelompok pedesaan juga," jelas Airlangga.
Maka dari itu, pemerintah terus mendorong fintech untuk memperkuat dan melindungi ekosistem digitalisasi. Sehingga dapat berperan lebih dalam penyediaan layanan keuangan yang aman bagi masyarakat.
"Ke depan tentunya fintech akan terus memainkan peranan penting dalam inklusi keuangan di Indonesia. Apalagi saat ini target presiden Jokowi) inklusi keuangan mencapai 90 persen di tahun 2024," tukasnya.
Sebelumnya, Pemerintah Jokowi-Ma'ruf menargetkan inklusi keuangan pada 2024 bisa tembus mencapai 90 persen. Angka ini dipatok mengingat inklusi keuangan dalam negeri masih tergolong kecil dibandingkan dengan negara Asia lain.
"Dan untuk keuangan inklusi itu kemarin dalam ratas, Bapak Presiden targetkan 90 persen di tahun 2024," kata Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, di Kantornya, Jakarta, Kamis (13/2).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Keren, Jumlah Fintech Syariah Indonesia Jadi yang Terbanyak di Dunia
Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Wijaya mengatakan masa pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan fintech syariah tumbuh pesat. Bahkan jumlah fintech syariah di Indonesia menjadi yang terbanyak di dunia.
“Fintech Syariah telah mengalami pertumbuhan yang pesat dan Indonesia memiliki fintech Syariah terbanyak di dunia," kata Ronald dalam Media Brief Pekan Fintech Nasional 2020 dan Indonesia Fintech Summit 2020 secara virtual, Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Meski begitu Ronald menilai masih banyak ruang bagi fintech Syariah untuk terus berkembang. Digitalisasi di sektor jasa keuangan merupakan aspek yang sangat penting.
Salah satu contohnya yaitu kontribusi positif industri fintech dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia selama pandemi COVID-19. Khususnya, bagi pembayaran digital yang membantu masyarakat dan UMKM dalam melakukan transaksi selama PSBB, pinjaman online yang terus memberikan akses finansial bagi UMKM dan peminjam individu, dan dukungan yang dihasilkan untuk pertumbuhan investor reksa dan. Termasuk juga untuk mempercepat distribusi obligasi ritel Indonesia di pasar modal, dan penyaluran program bantuan sosial.
Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) mencatat total 55 inisiatif dari 52 perusahaan fintech untuk mengurangi dampak dari pandemi terhadap ekonomi. Sasarannya antara lain menyasar masyarakat (47,3 persen), UMKM (45,4 persen), pemerintah (5,5 persen), dan lainnya (1,8 persen ).
Situasi ekonomi dan dukungan industri fintech tersebut menjadi salah satu latar belakang dipilihnya tema besar untuk pergelaran PFN 2020 dan IFS 2020. Adapun acara IFS 2020 akan berfokus pada langkah-langkah percepatan digitalisasi jasa keuangan Indonesia, dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan mendukung transformasi digital.
Beberapa topik bahasan yang akan menjadi sorotan diskusinya antara lain, digitalisasi sistem pembayaran Indonesia dan dampaknya terhadap perekonomian; Lalu Inovasi keuangan digital: SupTech dan RegTech. Teknologi dan infrastruktur fintech. Terakhir, Perkembangan Fintech Syariah di Indonesia.
Advertisement