Pendiri Kalbe Minta Pemerintah Naikkan Dana Penelitian di Indonesia

Para pengusaha memiliki peran dalam hilirisasi dan komersialisasi hasil penelitian. Sedangkan peran pemerintah juga besar sekali untuk mengembangkan penelitian.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Nov 2020, 18:37 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2020, 17:30 WIB
China Pamerkan Vaksin Covid-19 di Pameran
Seorang anak melihat kandidat vaksin Covid-19 dari Sinovac Biotech LTD yang diperlihatkan dalam Pameran Internasional China untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) di Beijing pada 6 September 2020. Untuk pertama kalinya, China akhirnya resmi memamerkan produk dalam negeri vaksin COVID-19. (NOEL CELIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Pendiri PT Kalbe Farma Tbk Boenjamin Setiawan mengatakan, porsi anggaran penelitian di Indonesia masih sangat rendah yakni 0,15 persen dari GDP. Oleh karena itu, ia meminta kepada pemerintah untuk menaikkan dana penelitian sehingga dalam 5 tahun ke depan bisa mencapai 1 persen dari GDP Indonesia.

“Saya tekankan penelitian itu penting sekali. Tanpa penelitian suatu negara tidak akan maju, dalam hal ini penelitian itu tergantung dana, tetapi sayang dana penelitian di Indonesia relatif masih kecil sekali kira-kira 0,15 persen dari GDP,” kata Boenjamin dalam Peluncuran RKSA 2021 dan Penutupan RKSA 2018-2020, Selasa (10/11/2020).

Ia mengatakan tanpa penelitian negara itu tidak akan maju, menurutnya yang paling penting harus Kerjasama antara akademisi, pengusaha, dan Pemerintah dalam mengembangkan dan hasil hilirisasi penelitian agar bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.

Kata Boenjamin, para pengusaha memiliki peran dalam hilirisasi dan komersialisasi hasil penelitian, serta peran pemerintah juga besar sekali untuk mengembangkan penelitian. Meskipun saat ini dana penelitian di Indonesia relatif rendah 0,15 persen dari GDP.

Sementara dana penelitian yang paling besar adalah Korea Selatan. Korea Selatan dana penelitiannya lebih dari 4 persen dari GDP, tetapi secara absolut dana penelitiannya masih Amerika Serikat yang terbesar dan sekarang disusul oleh China.

“China akan besar dana penelitian dan dalam waktu singkat GDP China juga melebihi dari AS. Saya mengharapkan pemerintah Indonesia akan membantu memperlancar penelitian ini,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jumlah Peneliti

Pemkot Depok Gelar Simulasi Vaksin COVID-19
Petugas kesehatan mengecek pasein saat simulasi vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). Pemkot Depok menggelar simulasi vaksin COVID-19 dalam rangka persiapan vaksinasi yang rencananya akan dilaksanakan bulan November 2020. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ia melihat saat ini jumlah penelitian di Indonesia hanya berjumlah 46 ribu peneliti, kecil sekali kata Boenjamin. Sedangkan China jumlahnya mencapai 1,4 juta peneliti, disusul Amerika Serikat 900 ribu peneliti.

“Semoga jumlah peneliti Indonesia semakin banyak dan dana penelitiannya ditingkatkan, harap saya dana penelitiannya dalam 5 tahun ke depan menjadi 1 persen dari GDP Indonesia. Semoga bisa terlaksana,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya