Ternyata, Indonesia Impor Listrik dari Malaysia 100 MW di 2020

Secara keseluruhan rasio impor listrik ini masih hanya 0,54 persen dibandingkan total konsumsi listrik nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jan 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2021, 19:00 WIB
PT PLN (Persero) menyambung listrik gratis untuk 13.169 keluarga di Kalimantan Barat pada 2019.
PT PLN (Persero) menyambung listrik gratis untuk 13.169 keluarga di Kalimantan Barat pada 2019.

Liputan6.com, Jakarta Pasokan cadangan listrik secara nasional tercatat mencapai 30,10 persen pada tahun lalu. Meski demikian, Indonesia masih melakukan impor listrik sekitar 100 hingga 120 mega watt (MW) dari Malaysia pada 2020.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pemenuhan listrik impor tersebut dilakukan untuk mencukupi permintaan listrik di Kalimantan Barat.

"Jadi ada listrik diimpor dari Malaysia, Sarawak ke Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan melalui kerja sama secara bilateral G to G. Di mana kerja sama ini bisa ekspor impor listrik, namun tahap sekarang kita mengimpor dulu," ujarnya dalam diskusi daring, Jakarta, Rabu (13/1/2021).

Adapun pasokan listrik tersebut berasal dari perusahaan listrik Malaysia yaitu Sarawak Electricity Supply Corporation (SESCO), anak usaha Sarawak Energy Berhad. Secara keseluruhan rasio impor listrik ini masih hanya 0,54 persen dibandingkan total konsumsi listrik nasional.

"Apabila pembangkit listrik baru di Kalimantan telah selesai proses pembangunannya dan bisa beroperasi, maka bukan tak mungkin Indonesia bisa mengekspor listrik ke Malaysia," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Ini

Pandemi Covid-19 Bikin Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan Tak Capai Target

20151217-Sistem-Kelistrikan-Jakarta-AY
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pandemi Covid-19 turut memengaruhi subsektor ketenagalistrikan pada 2020. Hal ini dilihat dari target pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan pembangkit tenaga listrik dan transmisi yang hanya di bawah 60 persen sepanjang tahun lalu.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana, mengungkapkan empat dari total lima indikator pembangunan infrastruktur hanya mencapai angka paling tinggi 59 persen.

Misalnya pembangunan pembangkit listrik yang hanya mencapai 55 persen pada tahun lalu dari total target 5.209,48 MW. Pandemi Covid-19 membuat mobilitas terbatas, sehingga targetnya terpaksa tidak tercapai.

"Penyebab semuanya sebagian besar karena Covid-19. Misalnya pembangunan pembangkit listrik karena aktivitas di lapangan juga menjadi terbatas dan di dalamnya juga melibatkan tenaga kerja asing, maka terpaksa dimundurkan sehingga tidak sesuai target," jelas Rida dalaman konferensi pers virtual pada Rabu (13/1/2021).

Berdasarkan capaian kinerja 2020, Kementerian ESDM mencatat penambahan transmisi hanya 59 persen dari total target 4.459,6 kms, penambahan gardu induk 55 persen dari target 14.247 MVA, dan penambahan jaringan distribusi pada tahun lalu 59 persen dari target 46.412 kms.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya