Liputan6.com, Jakarta - Pabrik tempe Indonesia pertama di China diresmikan di kota Shanghai pada 19 Januari 2021. Pabrik dengan bendera Seastar Foods Co Ltd ini bertempat di kawasan food processing di Songjiang distric, Shanghai.
Produk industri tempe pertama ini bernama Rusto Tempeh. Inisiasi pendirian pabrik ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia di China yang cukup besar, tapi juga untuk mempromosikan tempe sebagai salah satu ikon penting produk makanan Indonesia di negara tersebut.
Baca Juga
"Seastar Foods menyampaikan apresiasi dan merasa bangga kepada pihak pimpinan perusahaan dan timnya yang sudah berhasil membuka jalan dalam mempromosikan tempe sebagai makanan khas Indonesia di pasar China melalui Shanghai," kata Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun, seperti dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis (21/1/2021).
Advertisement
Tempe saat ini sudah banyak dijual di pasar online China seperti Taobao dan Alibaba.com. Namun jumlahnya masih terbatas, dan hanya dikenal oleh kalangan penggemar makanan tempe yang merantau ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Djauhari pun berharap kehadiran pabrik tempe ini bisa menjadi salah satu food print kuliner Indonesia di China.
"Kami mengharapkan dukungan besar dari seluruh masyarakat Indoensia di Shanghai, baik dari KJRI, para pengusaha dan perwakilan perusahaan Indonesia di Shanghai, serta para pelajar dan mahasiswa serta seluruh kalangan diaspora," ungkapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mendag Janji Harga Tahu Tempe Stabil, Ini Strateginya
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi berjanji kepada para pedagang di pasar untuk memberikan update harga tahu dan tempe setiap bulannya.
Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga seperti yang terjadi beberapa whari lalu.
"Yang terjadi sekrang harga tempe 1 kilogram itu Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Saya berjanji Kementerian Perdagangan setiap akhir bulan akan memberikan estimasi harga wajar untuk tahu dan tempe," ungkap Mendag dalam Konferensi pers trade Outlook 2021, Senin (11/1/2021).
Demi penentuan harga estimasi setiap bulannya, Mendag juga akan berkoordinasi dengan para importir kedelai dan pengrajin tahu dan tempe.
Dijelaskan Mendag, kondisi yang terjadi saat ini adalah adanya kenaikan harga kedelai di dunia. Ini disebabkan melonjaknya permintaan China ke Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 15 juta ton menjadi 30 juta ton.
Untuk itu, hal ini tak bisa dihindari mengingat kebutuhan kedelai Indonesia 90 persen masih impor dari AS, Brazil dan Argentina.
Meskipun mekanisme tata niaganya terkait kedelai saat ini tidak lagi di Kementerian Perdagangan, namun Mendag memastikan harga tahu dan tempe akan terkendali ke depannya.
“Harga dan berapa impor yang diatur oleh Kementerian Perdagangan. Hanya Menteri Perdagangan yang bisa tahu untuk menyiasati pasar dan rakyat Indonesia tidak akan menjadi menjadi korban kenaikan atau penurunan harga kedelai tersendiri,” pungkas Mendag.
Advertisement