Mendag Janji Harga Tahu Tempe Stabil, Ini Strateginya

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berjanji kepada para pedagang di pasar untuk memberikan update harga tahu dan tempe setiap bulannya.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Jan 2021, 14:58 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2021, 14:54 WIB
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi berjanji kepada para pedagang di pasar untuk memberikan update harga tahu dan tempe setiap bulannya.

Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga seperti yang terjadi beberapa whari lalu.

"Yang terjadi sekrang harga tempe 1 kilogram itu Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu. Saya berjanji Kementerian Perdagangan setiap akhir bulan akan memberikan estimasi harga wajar untuk tahu dan tempe," ungkap Mendag dalam Konferensi pers trade Outlook 2021, Senin (11/1/2021).

Demi penentuan harga estimasi setiap bulannya, Mendag juga akan berkoordinasi dengan para importir kedelai dan pengrajin tahu dan tempe.

Dijelaskan Mendag, kondisi yang terjadi saat ini adalah adanya kenaikan harga kedelai di dunia. Ini disebabkan melonjaknya permintaan China ke Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Untuk itu, hal ini tak bisa dihindari mengingat kebutuhan kedelai Indonesia 90 persen masih impor dari AS, Brazil dan Argentina.

Meskipun mekanisme tata niaganya terkait kedelai saat ini tidak lagi di Kementerian Perdagangan, namun Mendag memastikan harga tahu dan tempe akan terkendali ke depannya.

“Harga dan berapa impor yang diatur oleh Kementerian Perdagangan. Hanya Menteri Perdagangan yang bisa tahu untuk menyiasati pasar dan rakyat Indonesia tidak akan menjadi menjadi korban kenaikan atau penurunan harga kedelai tersendiri,” pungkas Mendag.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bendung Impor, Pemerintah Siap Tambah Produksi Kedelai

Produksi Tempe Kembali Menggeliat
Perajin menunjukkan rendaman biji kedelai yang akan diolahnya menjadi tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Senin (4/1/2021). Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dengan memperkecil ukuran tempe dan menaikan harga jual. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam mengatasi kelangkaan pasokan kacang kedelai pemerintah merespon dengan memperkuat produksi kedelai di dalam negeri. Diharapkan produksi dalam negeri ini bisa membantu ketersediaan pasokan kedelai 6 bulan mendatang.

"Nanti akan ada hasil produksi kacang kedelai dalam 6 bulan ke depan," kata Ketua Puskopti DKI Jakarta H. Sutaryo saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Selasa (5/1).

Sutaryo mengatakan saat ini pemerintah sedang mempersiapkan diri untuk melakukan ekspansi produksi kacang kedelai. Mulai dari persiapan bibit, lahan dan mendorong petani untuk menanam kedelai.

"Kalau sekarang persiapan bibit yang lainnya jadi nanti akan ada tambahan stok kedelai," kata dia.

Meski begitu, penambahan produksi kacang kedelai ini tidak akan membuat harga menjadi turun. Melainkan sebagai tambahan persediaan kedelai di pasaran. Sehingga potensi kelangkaan tidak lagi terjadi.

"Tidak diharapkan murah tapi yang penting harganya stabil," kata dia.

Maka kacang kedelai yang baru akan diproduksi ini bakal menjadi penyeimbang kedelai impor. Selain itu untuk mengurangi ketergantungan impor kedelai.

"Ini cara untuk tidak ketergantungan impor, kedelai lokal sebagai penyeimbang," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya