Ribuan Warteg Berpotensi Gulung Tikar, Pedagang Minta Kebijakan Ekonomi Dievaluasi

Kebijakan PSBB yang terus diperpanjang ini menuai keprihatinan yang besar dari berbagai kalangan pedagang kecil terutama seperti warung makan Tegal (warteg).

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jan 2021, 18:08 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2021, 18:08 WIB
Paguyuban pedagang warteg dan kaki lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawakarta).
Paguyuban pedagang warteg dan kaki lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawakarta).

Liputan6.com, Jakarta - Dampak pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari sepuluh bulan ini begitu terasa bagi masyarakat, termasuk para pengusaha warteg. Bukan saja soal kesehatan tetapi dampak secara ekonomi juga begitu besar.

Kebijakan penanggulangan dan pencegahan Covid-19 yang telah dijalankan pemerintah baik pusat maupun daerah berupa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memberikan dampak secara nyata bagi pelaku ekonomi, tidak terkecuali pedagang kelas menengah hingga kecil hampir seluruhnya merasakan.

Atas kebijakan PSBB yang terus diperpanjang ini menuai keprihatinan yang besar dari berbagai kalangan pedagang kecil terutama seperti warung makan Tegal (warteg) seperti yang disampaikan oleh paguyuban pedagang warteg dan kaki lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawakarta).

“Kami cukup memahami dengan kebijakan PSBB yang terus berlangsung. Disatu sisi ini sangat baik bagi langkah pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19 tapi disisi lain kami prihatin melihat dampaknya secara riil bagi pedagang terutama soal potensi puluhan ribu Warteg gulung tikar” ujar Puji Hartoyo selaku ketua Pandawakarta. (23/01/2021).

Menurut pandangan Pandawakarta sendiri pemerintah baik pusat maupun daerah perlu melakukan evaluasi kebijakan stimulus ekonomi yang sudah dijalankan selama ini.

“Menurut saya pemerintah hendaknya perlu membuat evaluasi kebijakan reengineering stimulus secara klaster. Misalnya klaster stimulus kredit mikro bunga murah bagi pelaku usaha kecil dan mikro yang jenis SOP-nya berbeda dengan sebelum adanya Covid-19,” kata Puji menambahkan.

Dengan kebijakan ini diharapkan dampak kebijakan PSBB yang berlangsung secara terus menerus guna meminimalisir penyebaran Covid-19 tidak memiliki efek negatif secara signifikan bagi pelaku usaha terutama kalangan kecil dan mikro.

Pandawakarta sendiri sudah melakukan komunikasi intensif dengan Kementerian Koperasi dan UMKM membicarakan solusi yang tepat bagi keberlangsungan pelaku usaha kecil dan mikro.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

20 Ribu Warteg Disebut Terancam Tutup, Program Ini Tawarkan Solusi

Penerapan Protokol Kesehatan Pencegahan Penyebaran COVID-19
Suasana Warteg Ellya yang menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (21/7/2020). Pelayan Warteg Ellya diwajibkan menggunakan pelindung wajah dan sarung tangan saat melayani pengunjung. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) mencatat ada sekitar 20 ribu usaha warteg di Jabodetabek terancam menutup operasional bisnisnya awal tahun ini. Alasannya mereka tak mampu memperpanjang sewa tempat usaha.

Menanggapi itu, CEO Wahyoo, Peter Shearer menilai, 20 ribu warteg yang terancam tutup tersebut bukan berasal dari data akurat. Melainkan berdasarkan taksiran saja.

"Buat kami itu angka tidak benar, dan bukan dari data yang pasti," kata Peter dalam Mini Talkshow bertajuk Inovasi Warung Makan Menghadapi Pandemi, Jakarta, Jumat (22/1).

Peter pun mengaku sedang mencari tahu kebenaran data tersebut. Dia ingin mengetahui secara pasti, siapa saja pelaku usaha kuliner yang terancam menutup usahanya.

"Kami beruasaha menggali informasi ini. Siapa saja yang kena imbasnya," kata dia.

Namun bila benar adanya, dia bermaksud ingin menggandeng para pelaku usaha untuk bergabung dengan Wahyoo. Sehingga tidak perlu perlu gulung tikar.

"Ini angka yang penting buat bantu mereka. Sehingga 20 ribu pelaku usaha ini bisa ikut program Wahyoo dan bisa survive," kata dia.

Wahyoo dengan tangan terbuka akan berupaya memberikan solusi lewat berbagai program yang dimiliki. Tak terkecuali soal pembiayaan.

"Ini bisa dirangkul kami dan bisa bersama-sama mempunyai semangat warung makan bisa dengan program yang kami berikan," kata dia mengakhiri.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Pemerintah Ragukan Data 20 Ribu Warteg di Jakarta Bakal Gulung Tikar

Warteg
Deretan makanan di salah satu warteg yang berada di kawasan Kali Pasir, Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Akibat pandemi Covid-19, 20 ribu usaha warung tegal (warteg) di Jabodetabek terancam tutup. Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengatakan kondisi ini dipicu adanya gagal bayar dari pelaku usaha untuk memperpanjang sewa tempat.

Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Koperasi dan UKM, Luhur Pradjarto meminta asosiasi memberikan kepastian dari data tersebut.

"Ini perlu diklarifikasi betul apalagi datanya sampai 20 ribu. Ini bukan angka yang sedikit," kata Luhur dalam Mini Talkshow bertajuk Inovasi Warung Makan Menghadapi Pandemi, Jakarta, Jumat (22/1).

Luhur mengatakan, angka 20 ribu bukan jumlah yang sedikit. Sehingga bila data tersebut benar, maka perlu mendapat perhatian lebih.

"Angka ini harus disikapi dengan baik," kata dia.

Dia menilai kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di akhir tahun 2020 menjadi salah satu pemicunya. Apalagi sejak akhir tahun lalu sampai sekarang, pemerintah melakukan pembatasan kegiatan masyarakat.

"Mungkin ada warteg yang tutup ini karena pembatasan pergerakan. Kita sebagai masyarakat diminta untuk stay di rumah," kata dia.

Luhur meyakini bagi penjual warteg yang juga menjajakan dagangannya di platform digital tidak akan bernasib serupa. Sebab mereka tidak kehilangan pelanggan karena memasarkan produknya secara online.

"Saya yakin anggota Wahyoo tidak kesulitan karena dagangannya dipasarkan secara online," kata luhur.

Maka, lanjut dia, masalsh warteg ini harus dicermati dan dikoordinasikan dengan Dinas Koperasi setempat agar bisa segera diatasi. Sehingga tidak menjadi bumerang yang bisa menambah jumlah pengangguran.

"Jangan sampai ini menjadi bumerang atau menambah pengangguran yang biasa," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya