Harga Emas Turun Usai Imbal Hasil Treasury AS Melonjak

Harga emas turun pada hari Senin setelah imbal hasil Treasury AS melonjak ke level tertinggi dalam hampir 11 bulan

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Feb 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2021, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun pada hari Senin setelah imbal hasil Treasury AS melonjak ke level tertinggi dalam hampir 11 bulan di sesi sebelumnya.

Dikutip dari CNBC, Selasa (16/2/2021), harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD 1,821.84 per ounce pada 0041 GMT. Emas berjangka AS tergelincir 0,1 persen menjadi USD 1,822.30.

Tolok ukur imbal hasil Treasury AS naik ke level tertinggi sejak Maret pada hari Jumat. Sementara ekspektasi inflasi naik ke level tertinggi enam tahun.

Inflasi yang lebih tinggi meningkatkan emas tetapi juga mengangkat imbal hasil Treasury, yang pada gilirannya meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan.

Presiden AS Joe Biden mendorong pencapaian legislatif besar pertama dari masa jabatannya pada hari Jumat, beralih ke kelompok bipartisan pejabat lokal untuk membantu rencana bantuan virus korona senilai USD 1,9 triliun.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada hari Jumat mendesak para pemimpin keuangan G7 untuk menambah stimulus fiskal untuk pulih dari pandemi COVID-19.

Permintaan emas fisik menurun minggu lalu di India karena volatilitas harga domestik. 

Hedge fund dan pengelola uang menaikkan posisi bullish mereka dalam harga emas COMEX dan memotongnya dalam kontrak perak dalam seminggu hingga 9 Februari, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada hari Jumat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bersaing dengan Bitcoin, Harga Emas Diperkirakan Tertekan Sepanjang Pekan

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Aset emas harus bertarung dengan instrumen safe haven lain di pekan ini. Harga emas akan mendapatkan sentimen beragam pada perdagangan pekan ini.

Mengutip Kitco, Senin (15/2/2021), para analis di Wall Street dan investor ritel memiliki arah prediksi yang bertolakbelakang.

Analis di Wall Street memperkirakan harga emas akan melanjutkan pelemahan setelah gagal menembus level resisten di USD 1.850 per ounce. Sedangkan investor ritel memperkirakan harga emas akan bullish setelah jatuh ke level terendah dalam tiga bulan.

Banyak analis di Wall Street memperkirakan harga emas akan tetap di bawah tekanan dalam waktu dekat karena investor fokus pada lonjakan momentum di pasar saham.

Pada saat yang sama, analis mengatakan bahwa banyak investor mengalihkan investasinya ke bitcoin, yang diperdagangkan pada rekor tertinggi sebagai lindung nilai baru yang berpotensi melawan inflasi.

"Dengan kepercayaan investor yang tinggi saat ini, tidak banyak permintaan untuk tempat berlindung yang defensif," kata kepala analis SIA Wealth Management, Colin Cieszynski.

"Selain itu, pelaku pasar akan mencari alternatif untuk dolar AS dan lebih fokus pada Bitcoin dan cryptocurrency lain dibanding logam mulia." tambah dia.

Pekan ini, 14 analis berpartisipasi dalam survei Kitco. Sebanyak 10 analis atau 71 persen memperkirakan harga emas turun minggu ini. Sementara itu, analis yang bullish dan netral mendapat suara sama yaitu masing-masing 14 persen.

Sedangkan investor ritel yang ikut dalam survei online mencapai 1.257 suara. Di antara mereka, 644 suara atau 51 persen mengatakan harga emas akan bullish.

Sedangkan 350 investor lainnya atau 28 persen mengatakan harga emas akan bearish. Sementara 263 pemilih atau 2i persen netral.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya