BPS: Inflasi Februari 2021 di Angka 0,10 Persen

Dari 90 kota inflasi yang diapantau oleh BPS, 56 kota terjadi inflasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Mar 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2021, 11:29 WIB
Akibat Covid-19, BPS Catat Inflasi Sebesar 0,08 Persen Pada April
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Februari 2021 di angka 0,10 persen. Inflasi ini naik dari Januari 2021 yang di angka 0,26 persen.

Dengan angka ini, maka tingkat inflasi tahun kalender dari Januari sampai Februari 2021 adalah sebesar 0,36 persen. Sementara infalasi tahunan sebesar 1,38 persen.

"Perkembangan harga berbagai komoditas Februari 2021 secara umum ada kenaikan tapi kenaikannya tipis sekali," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Senin (1/3/2021).

Dari 90 kota inflasi yang diapantau oleh BPS, 56 kota terjadi inflasi. Sementara 34 kotanya mengalami deflasi. Adapun inflasi tertinggi pada Februari 2021 ini terjadi di Mamuju sebesar 1,12 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Tasikmalaya dan Sumenap sebesar 0,02 persen

"Bulan Januari lalu inflasi tertingginya juga di Mamaju karena kita tahu saudara kita di Mamuju sedang hadapi musibah bencana gempa bumi," kata dia

Meski begitu, inflasi pada Februari di kota Mamuju dianggap cenderung menurun dibandingkan posisi pada Januari 2021. Pada bulan lalu inflasi terjadi di Mamuju karena adanya peningkatan harga untuk beberapa komiditas ikan yang banyak dikonsumsi masyaraat setempat dan kenaikan tarif angkutan udara.

Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar minus 1,55 persen. Ini disebabkan karena adanya penurunan beberapa komoditas seperti cabai merah, ikan, cabai rawit dan daging ayam ras. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Malang dan Tarakan sebesar minus 0,01 persen.

"Jadi ini mengindikasikan bahwa sampai dengan akhir Februari 2021 dampak pandemi masih terus bayangi perekonomian tidak hanya di Indonesia tapi di banyak negara, ini semua harus kita waspadai," jelasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekonom Bank Permata Prediksi Inflasi Turun Tipis 0,10 Persen di Februari 2021

Akibat Covid-19, BPS Catat Inflasi Sebesar 0,08 Persen Pada April
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pemerintah akan mengumumkan besaran inflasi pada Februari 2021. Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi pada bulan Februari 2021 menyentuh angka 0,10 persen (month to month/mtm) atau 1,38 persen (year on year/yoy).

Angka ini cenderung menurun dari inflasi bulan Januari yang tercatat 0,26 persen (mtm) atau 1,55 persen (yoy).

"Inflasi bulan Februari diperkirakan akan didorong oleh inflasi inti sementara inflasi harga bergejolak diperkirakan akan mengalami tren penurunan sejalan dengan penurunan rata-rata harga sebagian komoditas pangan sepanjang bulan Februari," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com, Senin (1/3/2021).

Adapun, penurunan rata-rata harga sebagian komoditas pangan sepanjang bulan Februari tersebut meliputi daging ayam (-2,3 pesen mom), telur ayam (-4,4 persen mtm), cabai merah (-5,8 persen mtm), bawang merah (-1,0 persen mtm) dan beras (-0,02 persen mtm).

Meskipun demikian, lanjut Josua, terdapat beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga seperti daging sapi, bawang putih dan cabai rawit.

Sementara itu, inflasi tahunan dari komponen inti bulan Februari cenderung melambat menjadi 1,51 persen yoy dari bulan Januari yang tercatat 1,56 persen yoy.

"Penurunan inflasi inti tersebut juga turut dipengaruhi oleh masih lemahnya konsumsi domestik serta penurunan harga emas," kata Josua.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya