Survei MarkPlus: Pandemi Covid-19 jadi Waktu yang Pas Gaungkan Wisata Berkelanjutan

Hasil survei MarkPlus Tourism menyatakan 83,9 persen responden menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengkampanyekan program responsible tourist.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Mar 2021, 14:38 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2021, 13:30 WIB
Paket Sepuluh Indonesia, Sebuah Perjalanan Wisata Fotografi ke 10 Bali Baru
Paket Sepuluh Indonesia, Sebuah Perjalanan Wisata Fotografi ke 10 Bali Baru. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei MarkPlus Tourism menyatakan 83,9 persen responden menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengkampanyekan program responsible tourist.

Harapannya ketika pandemi berakhir dan pariwisata kembali pulih, sudah tumbuh kesadaran masyarakat untuk berwisata yang bertanggung jawab.

Senior Business Analyst MarkPlus Tourism Azhari Fauzan mengatakan survei ini dilakukan kepada pada 62 responden di seluruh Indonesia yang didominasi oleh masyarakat berusia 25 sampai 44 tahun.

“95,2 persen responden memahami perilaku responsible tourist sebagai upaya menjaga lingkungan kawasan destinasi. Dan menurut 71 persen dari mereka menilai untuk menjadi wisatawan yang bertanggung jawab harus berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal yang akan dikunjungi,” kata Azhari dalam diskusi strategis “Redefining Sustainable Tourism Roadmap”, Selasa (9/3/2021).

Namun, kontribusi untuk mencapai visi tersebut tidak bisa jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, pengelola destinasi wisata, masyarakat lokal, hingga travel influencer.

Di mana 80,6 persen responden juga menganggap bahwa untuk mendorong kampanye sustainable tourism para wisatawan perlu mengunggah pengalaman berwisata melalui media sosial setelah berkunjung ke suatu destinasi. Tidak hanya mempromosikan tempat wisata tetapi juga ekonomi kreatif (ekraf) di sekitarnya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Produk Ekonomi Kreatif

Petugas Semprot Disinfektan di Kawasan Wisata Sanur
Seorang petugas kesehatan menyemprotkan disinfektan di kawasan wisata di Sanur, Bali, Senin (16/3/2020). Penyemprotan dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengantisipasi potensi penyebaran virus Corona COVID-19 di kawasan pariwisata tersebut. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Azhari menyebut, mayoritas wisatawan mencari produk ekonomi kreatif seperti kuliner (93,5 persen), kerajinan tangan (72,6 persen), seni pertunjukan (59,7 persen), dan fesyen seperti kain batik (50 persen) saat berkunjung ke tempat wisata.

“Sehingga, penting bagi pelaku usaha ekraf untuk meningkatkan kualitas produknya agar bisa semakin berkembang. Produk ekraf yang menarik harus memiliki story telling, artinya harus ada unsur cerita yang bisa disajikan kepada publik. Selain itu, kemasan yang menarik juga menjadi perhatian wisatawan,” jelasnya.

Demikian Azhari menegaskan, program pemerintah dalam meningkatkan daya saing pada produk ekraf di kawasan wisata yang dirasa paling tepat adalah melalui pelatihan dan pembinaan (93,5 persen) agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar wisatawan.

“Selain itu, pelaku usaha ekraf juga perlu mempertahankan konsistensi kualitas produk agar wisatawan bisa memberikan rekomendasi dan berujung pada peningkatan penjualan,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya