Liputan6.com, Jakarta Produk batik telah menjadi salah satu ciri khas Indonesia yang laku di pasar dunia. Motif tradisional tersebut kini telah banyak diukir dalam berbagai produk, mulai dari kain, selendang, gaun, kemeja, hingga sepatu dan masker.
Namun, Yuli Astuti punya cerita tersendiri dalam membuat dan memasarkan batik. Wanita ini memilih membangkitkan motif Batik Kudus yang sempat punah sembari mengajak warga sekitar hingga anak muda untuk melestarikannya. Tak sia-sia, kini produk hasil karyanya berhasil menembus pasar dunia.
Yuli Astuti bercerita, Batik Kudus pernah berkembang dan populer hingga pertengahan abad 20. Namun sayangnya, produk busana bermotif Batik Kudus mulai punah pada tahun 1970-an.
Advertisement
Sebagai seorang pengrajin batik, Yuli kemudian tergugah untuk mempelajari asal muasal Batik Kudus. Pada tahun 2005 ia menemukan, hanya tersisa satu orang berusia sepuh yang masih bertahan melestarikannya.
Berbekal modal tersebut, Yuli lantas coba menekuni motif kapal kandas yang berasal dari latar cerita Pegunungan Muria. Sebuah kisah legenda tentang kapal pembawa rempah-rempah yang terdampar di pegunungan tersebut.
"Saya punya niat untuk menekuni Batik Kudus dan meneliti motif-motif Batik Kudus yang sudah lama punah dengan baik. Saya lalu pergi ke Gunung Muria menggali sejarah motif kapal kandas," terangnya kepada Liputan6.com, Sabtu (13/4/2021).
Dirinya lalu mulai mendirikan sanggar Muria Batik Kudus pada 2005, dan mengajak warga sekitar dan anak-anak muda untuk membuat Batik Kudus. Tak hanya itu, Yuli pun menggaet anak berkebutuhan khusus untuk belajar membatik.
Di sanggar miliknya, Yuli yang juga kerap mengajar batik di Manado, Riau hingga Makassar coba menurunkan ilmu pada masyarakat umum hingga anak berkebutuhan khusus.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tembus Pasar Malaysia hingga Jerman
Total, Yuli memiliki 20 pekerja yang berkarya di workshop miliknya, serta 9 orang lain yang bekerja di rumah masing-masing. Ke depan, ia ingin mereka bisa mandiri dengan bekal tenun batik tersebut.
"Saya tertarik karena ingin mereka mandiri ke depannya, dan membuat mereka percaya diri. Dan Alhamdulillah sekarang ada 100an motif yang tercipta dengan kearifan budaya lokal Kudus," ujar Yuli.
Kini, produk karya sanggar Muria Batik Kudus telah berhasil melayani pasar luar negeri. Permintaan akan produk batik berdatangan, mulai dari Malaysia, Brunei, Singapura, hingga Jerman.
Yuli pun turut berpesan bagi para pelaku batik hingga pegiat usaha lain, untuk serius menekuni bidang yang digelutinya. Sebab menurutnya, proses tak akan mengkhianati hasil.
"Jalani usaha dengan tekun dan berproses, belajar sampai ahli di bidangnya. Niatkan memberi kemanfaatan bagi banyak orang," imbuh Yuli.
Advertisement