Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan infrastruktur gas di Indonesia perlu digalakan untuk memaksimalkan penyerapan gas dari blok migas. Namun, ini terkendala investasi.
Direktur Eksekutif Refomainer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, potensi cadangan gas yang baru ditemukan mayoritas terletak di Indonesia Timur, sementara sebagian besar konsumen gas yaitu industri berada di Indonesia bagian barat. Agar gas yang ada di Indonesia Timur bisa diserap maka dibutuhkan pembangunan infrastruktur gas untuk menyalurkannya.
Baca Juga
"85 persen cadangan dan produksi gas bumi ada di Indonesia Timur. Mau tidak mau infrastruktur jadi kunci," kata Komaidi, di Jakarta, Sabtu (15/4/2021).
Advertisement
Komaidi menyebutkan skema penyaluran gas yang memungkinkan dari Indonesia Timur ke konsumen yang ada di Indonesia bagian barat, pertama dengan mengubahnya menjadi gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) agar bisa dibawa dengan kapal, namun proses tersebut membutuhkan biaya tambahan sehingga harganya menjadi mahal.
Pilihan ke dua dengan membangun infrastruktur pipa transmisi disitribusi yang menghubungkan dari produsen ke konsumen. Namun, untuk membangun infrastruktur tersebut membutuhkan investasi besar dan kepastian konsumen.
"Ini seperti investasi di jalan tol akan menghitung berapa yang lewat sampai investasi kembali, di gas juga begitu," tutur Komaidi.
Menurut Komaidi, saat ini rantai bisnis gas dari hulu hingga hilir sedang mengalami kesulitan untuk investasi membangun infrastruktur gas. Pasalnya, penetapan harga gas USD 6 per MMBTU ditingkat konsumen membuat keuntungan pelaku industri gas dari hulu ke hilir terbatas.
"Rata-rata harga gas di sumur itu 7 sampai 9 (USD per MMBTU) dijualnya 6 (USD per MMBTU) dikonsumen, ini akar permasalahannya dialami seluruh mata rantai bisnis gas, saya rasa bisa mati bareng-bareng," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pasokan Gas Jawa Timur Bertambah 200 MMSCFD
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan pasokan gas untuk konsumen di Provinsi Jawa Timur akan bertambah, seiring realisasi proyek-proyek gas di wilayah tersebut pada akhir tahun 2021.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief S. Handoko mengatakan, tambahan pasokan membutuhkan komitmen pasar, mengingat tambahan tersebut membuat pada tahun 2022 – 2025 kawasan tersebut akan kelebihan pasokan gas yang mencapai sekitar 200 MMSCFD.
“Tambahan pasokan paling besar akan diperoleh dari Proyek JTB (Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru) yang kami perkirakan dapat on stream pada Kuartal IV 2021. Proyek ini dapat memasok gas sebesar 192 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari), dimana nantinya pasokan tidak hanya ke Jawa Timur namun juga ke Jawa Tengah,” kayak Arief, di Jakarta (15/4/2021).
Arief menambahkan, awalnya Proyek JTB yang masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN) dijadwalkan beroperasi pada tahun 2020. Namun, karena pandemi Covid-19 di tahun lalu menyebabkan penyelesaian proyek ini tertunda menjadi ke 2021.
Selain Proyek JTB, SKK Migas menargetkan akan ada dua proyek gas lain yang berada di Provinsi Jawa Timur yang on stream pada tahun 2021. Kedua proyek tersebut adalah Proyek Sidayu dan Proyek Bukit Tua Phase 2B.
“Di awal tahun juga telah ada Proyek West Pangkah yang meningkatkan pasokan gas dari Wilayah Kerja Pangkah, sehingga bisa dikatakan jumlah pasokan gas di Jawa Timur untuk 2021 akan tercukupi,” terang Arief.
Advertisement