Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memproyeksikan defisit APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 berada pada kisaran 4,51 persen hingga 4,85 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Rentang angka tersebut dinilai realistis jika dilihat kondisi perekonomian saat ini, dan perkiraan yang semakin membaik pada tahun depan.
"So far assessment kita on track, makanya kita menaruh 4,5 persen hingga 4,8 persen. Itu rentang realistik karena 2022 masih kita butuhkan, 2023 kalau ekonomi makin baik fiskalnya bisa dikembalikan," jelas Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Hidayat Amir, Jumat (4/6/2021).
Advertisement
Kendati demikian, Amir mengatakan saat ini pemerintah masih terus membahas rentang defisit yang tepat untuk APBN 2022.
Proses pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2022 juga saat ini masih berjalan. Pembahasan terkait hal akan terus berlanjut sampai Oktober mendatang.
Saksikan Video Ini
Jaga Pemulihan Ekonomi
Amir mengatakan pemerintah masih akan terus menjalankan proses pemulihan ekonomi. Jika tren positif pada kuartal II 2021 bisa terjaga hingga akhir tahun ini, maka akan berdampak baik bagi pemulihan ekonomi nasional.
"Mudah-mudahan kasus (Covi-19) sudah akan sangat minimal, proses pemulihan ekonomi masih akan terus kami jalankan ditambah dengan reform sudah bisa implementasi dengan baik. Kalau itu terjadi, peran APBN yang saat ini digunakan sebagai countercyclical stimulus dalam situasi yang sangat tidak biasa ini sudah bisa kita kurangi," ungkapnya.
Oleh sebab itu, pemerintah pun memprediksi rentang untuk defisit pada tahun depan di 4,51 persen hingga 4,85 persen. Jika berjalan baik, maka defisit APBN pada 2023 bisa dikembalikan di 3 persen.
"Dalam konteks rentang itu, kita buat proyeksi 2022 dan 2023 kembali ke maksimal 3 persen," tutur Amir.
Advertisement