OECD Ramal Inflasi Negara G20 Bakal Tetap Naik Selama Dua Tahun

Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan bahwa inflasi di negara-negara G20 akan tetap naik selama dua tahun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Sep 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2021, 14:00 WIB
Rak Supermarket di Inggris Kosong Melompong
Pengunjung berbelanja dekat rak kosong supermarket Tesco di Manchester, Minggu (12/9/2021). Pengecer, produsen dan pemasok makanan juga melaporkan gangguan karena kekurangan pengemudi truk terkait pandemi dan dampak Brexit telah mempersulit banyak orang Eropa untuk bekerja di Inggris (AP /Jon Super)

Liputan6.com, Jakarta - Harga barang di negara-negara anggota G20 akan naik lebih cepat dibandingka pra-pandemi selama setidaknya dua tahun.

Hal itu diprediksi lembaga global Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Dikatakan jika harga komoditas yang lebih tinggi dan biaya pengiriman akan mendorong inflasi di negara-negara tersebut, menurut forum kebijakan OECD yang berbasis di Paris, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (22/9/2021).

Inggris diperkirakan akan mengalami inflasi sekitar 3 persen pada akhir tahun 2022 - tertinggi dari negara-negara maju lainnya, menurut OECD.

Sebaliknya, inflasi diperkirakan akan turun di AS, Prancis, dan Jerman.

Inflasi telah meningkat di seluruh dunia karena biaya bahan baku yang lebih tinggi, kendala pasokan barang, permintaan konsumen yang lebih kuat ketika ekonomi dibuka kembali, dan harga memantul kembali dari penurunan selama pandemi di beberapa sektor.

Kenaikan tajam dalam permintaan konsumen ditambah dengan gangguan pasokan dan toko barang yang menipis telah mendorong kenaikan harga dan biaya pengiriman di seluruh dunia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

OECD: Kekurangan Pasokan Terus-menerus Bisa Sebabkan Periode Inflasi yang Lebih Tinggi

Rak Supermarket di Inggris Kosong Melompong
Pemandangan rak kosong di supermarket Tesco di Manchester, Inggris, Minggu (12/9/2021). Pengecer, produsen dan pemasok makanan juga melaporkan gangguan karena kekurangan pengemudi truk terkait pandemi dan dampak Brexit telah mempersulit banyak orang Eropa untuk bekerja di Inggris. (AP /Jon Super)

OECD mengatakan, kekurangan pasokan yang terus-menerus, dapat menyebabkan periode inflasi yang lebih tinggi.

OECD memperkirakan tingkat inflasi di negara G20 akan moderat dari 4,5 persen pada akhir 2021 menjadi 3,5 persen pada akhir 2022.

Namun, OECD mengatakan bahwa "masih ada ketidakpastian yang cukup besar" tentang perkiraan ini.

"Kemajuan yang lebih cepat dalam penyebaran vaksin, atau berkurangnya tabungan rumah tangga akan meningkatkan permintaan dan menurunkan pengangguran tetapi juga berpotensi mendorong tekanan inflasi jangka pendek," kata OECD dalam sebuah laporan.

"Kemajuan yang lambat dalam peluncuran vaksin dan penyebaran mutasi baru virus yang berkelanjutan akan menyebabkan pemulihan yang lebih lemah dan kehilangan pekerjaan yang lebih besar,"sebut OEDC.

Beberapa ekonom mengatakan tingkat inflasi DI Inggris akan turun karena tekanan inflasi mereda, tetapi yang lain juga menyebut sejumlah besar pinjaman dan pengeluaran pemerintah dapat menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya