Harga Emas Meredup, Laporan Data Ekonomi Tak Mampu Angkat

data ekonomi terbaru tidak berdampak banyak pada harga emas karena pasar menguji level support.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Sep 2021, 06:41 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2021, 06:41 WIB
Ilustrasi Harga Emas Turun
Ilustrasi Harga Emas Turun (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas diperdagangkan tak jauh dari posisi terendah dalam sesi perdagangan. Usai tidak mendapati faktor bullish menyusul sentimen awal yang beragam di sektor manufaktur dan jasa AS.

Melansir laman kitco, Jumat (24/9/2021), data ekonomi terbaru tidak berdampak banyak pada emas karena pasar menguji level support.

Harga emas berjangka Desember terakhir diperdagangkan pada posisi USD 1.752.70 per ounce, turun hampir 1,5 persen.

Memang, Indeks Manajer Pembelian manufaktur AS untuk September turun menjadi 60,5, turun dari Agustus di 61,1. Namun, penurunan tersebut sejalan dengan ekspektasi ekonom.

Sementara itu, laporan tersebut mencatat momentum pertumbuhan yang lemah di sektor jasa karena PMI-nya turun ke angka 54,4, turun dari Agustus di 55,1. Ekonom mengharapkan untuk melihat pembacaan yang tidak berubah.

"Laju pertumbuhan ekonomi AS mendingin lebih lanjut pada bulan September, setelah melonjak pada kuartal kedua, mencerminkan kombinasi dari puncak permintaan, penundaan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja," kata Chris Williamson, Kepala Ekonom Bisnis di IHS Markit.

 

Tak Jadi Daya Tarik

Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Dia mengatakan jika perlambatan ini dipimpin oleh pendinginan permintaan di sektor jasa, sebagian terkait dengan penyebaran varian Delta.

Namun, sementara produsen telah melihat permintaan yang jauh lebih tangguh, pabrik menghadapi masalah yang berkembang dalam mendapatkan pasokan dan tenaga kerja yang cukup untuk memenuhi pesanan.

"Penundaan rantai pasokan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, dengan perpanjangan waktu pengiriman yang hampir mencapai rekor pada bulan September," jelas dia.

Emas bahkan tidak dapat menemukan daya tarik karena tekanan inflasi terus meningkat. Laporan tersebut mencatat bahwa biaya naik pada laju tercepat dalam empat bulan pada bulan September adalah kenaikan tertinggi kedua dalam catatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya