Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Ngadiran, mengapresiasi wacana uji coba pemakaian aplikasi PeduliLindungi di pasar rakyat sebagai hal yang positif.
Namun demikian, Ngadiran menilai ide tersebut akan sangat sulit diterapkan di pasar karena beberapa hal. Seperti banyak pedagang maupun pembeli yang belum tentu memiliki HP android untuk membuka aplikasi PeduliLindungi.
Baca Juga
"Karena apa, di pasar sangat dinamis dan sangat heterogen. Pedagang sendiri belum tentu mempunyai android. Lalu konsumennya, orang yang belanja ke pasar tradisional dengan sangat heterogen, macam-macan latar belakangnya," ungkapnya kepada Liputan6.com, Senin (27/9/2021).
Advertisement
Menurut dia, kebijakan tersebut mungkin bisa dilakukan untuk pasar-pasar di kota besar. Seperti rencana uji coba aplikasi PeduliLindungi di 6 pasar, yakni Pasar Mayestik (Jakarta), Pasar Blok M (Jakarta), Pasar Baltos (Kota Bandung), Pasar Modern BSD (Kota Tangerang Selatan), Pasar Modern Alam Sutera (Kota Tangerang), dan Pasar Wonodri (Kota Semarang).
Tapi, Ngadiran mempertanyakan jika regulasi serupa turut diterapkan di pasar rakyat daerah. Dia mengatakan, pedagang atau pembeli di sana lebih mempersenjatai diri dengan cangkul dan sabit ketimbang android.
"Tetapi pertanyaannya, jika pedagangnya tidak punya android atau konsumennya tidak punya android, apa tidak boleh masuk pasar?" sebut dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Program Vaksinasi
Oleh karenanya, ia mengusulkan agar pemerintah lebih gencar mempromosikan program vaksinasi kepada masyarakat luas, ketimbang menerapkan kebijakan yang menyulitkan seperti penerapan aplikasi PeduliLindungi di pasar.
"Yang diperlukan adalah bagaimana mengajak/menghimbau kepada pedagang dan masyarakat untuk melakukan vaksin bagi yang belum. Karena orang mau ke pasar belum tentu dalam kondisi kesehatan prima semua," tuturnya.
Advertisement